PANDANGAN PENCERITA TENTANG KEBEBASAN MENJADI DIRI SENDIRI DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI

Penelitian ini bertujuan mengungkap struktur naratif dalam novel Pasung Jiwa dan memaknai pandangan pencerita tentang kebebasan menjadi diri sendiri dalam novel Pasung Jiwa. Hal tersebut dilatarbelakangi problematika struktur naratif novel Pasung Jiwa yang meliputi: (1) adanya dua tokoh aku yang...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: KHOIRUL MUTTAQIN, 121414153033
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/60711/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/60711/2/FULLTEXT%20TKSB%2006-17%20Mut%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/60711/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan mengungkap struktur naratif dalam novel Pasung Jiwa dan memaknai pandangan pencerita tentang kebebasan menjadi diri sendiri dalam novel Pasung Jiwa. Hal tersebut dilatarbelakangi problematika struktur naratif novel Pasung Jiwa yang meliputi: (1) adanya dua tokoh aku yang saling menceritakan, (2) adanya peristiwa yang berulang, dan (3) adanya ketidakjelasan waktu penceritaan. Selanjutnya, problematika struktur naratif tersebut dapat menimbulkan problematika pandangan pencerita tentang kebebasan menjadi diri sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan struktural (naratif). Sumber data penelitian ini adalah novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013. Sumber data lain berupa tulisan yang didapat dari website resmi Okky Madasari. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik simak dan catat. Analisis data dilakukan dengan pertama mengungkap struktur naratif novel Pasung Jiwa, meliputi: (1) freskuensi, (2) fokalisasi, (3) waktu penceritaan, (4) person, dan (5) pencerita. Selanjutnya, dilakukan pemaknaan terhadap pandangan pencerita tentang kebebasan menjadi diri sendiri dalam novel tersebut. Untuk menganalisis struktur naratif tersebut dimanfaatkan teori naratologi Gerard Genette. Untuk memaknai pandangan pencerita tentang kebebasan menjadi diri sendiri dimanfaatkan teori naratologi Genette tersebut dan dibantu konsep kebebasan Nico Syukur Dister. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya dua pemandang sekaligus dua pencerita, adanya banyak penceritaan untuk menampilkan peristiwa yang sama dan adanya banyak penceritaan untuk menampilkan banyak peristiwa, serta adanya penceritaan tentang peristiwa masa lalu dan penceritaan mengenai peristiwa terkini yang hadir dengan adanya tindakan. Hal tersebut membuat struktur naratif novel Pasung Jiwa yang problematik tersebut dapat diungkap. Pencerita yang diidentifikasi merupakan tokoh dalam cerita, yakni tokoh Sasana dan tokoh Jaka, memandang kebebasan menjadi diri sendiri dengan kesubjektivan mereka masing-masing. Pencerita Sasana memandang segala sesuatu tentang kebebasan menjadi diri sendiri dengan mengacu pada keinginannya menjadi seorang transgender. Lain dari itu, pencerita Jaka memandang segala sesuatu tentang kebebasan menjadi diri sendiri dengan mengacu pada keinginannya menjadi seorang seniman. Akhirnya, Pasung Jiwa memaknai bahwa meraih kebebasan menjadi diri sendiri harus juga memperhatikan bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu orang lain. Dalam paparan yang lebih luas, melalui pandangan pencerita Sasana dan Jaka tentang kebebasan menjadi diri sendiri, novel Pasung Jiwa tampak menghadirkan fenomena transgender dan buruh di Indonesia yang tidak dapat meraih kebebasan menjadi diri sendiri. Novel tersebut tampak merefleksikan zamannya, isu transgender ditentang mayoritas masyarakat di Indonesia. Hal itu juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih belum dapat terbuka dengan kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Buruh di Indonesia semakin mendapat tekanan. Selain itu, dari pandangan pencerita tersebut juga dapat dimaknai bahwa seniman mampu meraih kebebasannya diri sendiri.