INDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI PONOROGO TAHUN 1955-1974
Skripsi ini bertujuan membahas tentang industri minyak kayu putih yang ada di Ponorogo, serta menganalisis proses produksi dan pengelolaan dalam beberapa periode yakni pemerintah Kolonial, pendudukan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/60765/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/60765/2/FULLTEXT%20FS%20Sej%2011-17%20Fah%20i.pdf http://repository.unair.ac.id/60765/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Skripsi ini bertujuan membahas tentang industri minyak kayu putih yang
ada di Ponorogo, serta menganalisis proses produksi dan pengelolaan dalam
beberapa periode yakni pemerintah Kolonial, pendudukan Jepang, dan setelah
Indonesia merdeka. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode sejarah yang meliputi empat tahap, yaitu tahap heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Data-data yang digunakan terdiri dari Arsip
Provinsi Jawa Timur, Arsip Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Madiun
dan Arsip Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun Ponorogo. Seiring dengan semakin
besarnya kebutuhan produksi minyak kayu putih Kolonial, maka diperlukan
industri penyokong seperti perkebunan dan pabrik penyulingan minyak kayu
putih. Pabrik penyulingan memproduksi minyak kayu putih sebagai bahan yang
penting untuk obat-obatan kimia. Industri minyak kayu putih Ponorogo awal
kemunculanya menjadi penyokong beberapa Industri minyak kayu putih Jawa
Timur. Awalnya industri minyak kayu putih Ponorogo ditandai dengan
penanaman tumbuhan kayu putih pada tahun 1924. Tahun 1939 kemudian
dibangun sebuah pabrik sederhana dengan peralatanya berupa empat buah drum
besi (jedi), alat pendingin dan dapurnya terbuat dari batu kali yang disemen
dengan tanah liat. Pada masa Jepang produksi minyak kayu putih mengalami
penurunan dan mulai meningkat setelah pabrik dipindahkan tahun 1955. Pada
tahun 1961 pengelolaan industri minyak kayu putih dari Jawatan Kehutanan ke
Perhutani. Setelah dikelola Perhutani produksi dan pengelolaan semakin baik
terlihat dari mesin produski, tenaga kerja serta pengupahan. Produksi dan
pengelolaan industri minyak kayu putih terus diperbaiki hingga saat ini.
Diharapkan dengan peningkatan produksi dan pengelolaan tersebut dapat
bermanfaat terhadap masyarakat sekitar dengan terlaksanannya program
pemerintah di daerah tersebut. |
---|