Analisis Stres Pemeriksa di BPK Perwakilan Provinsi Jawa Timur

• Main Author: Wendy Kenafiana Assanti, 041424353010
• Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
• Language: English; English
• Published: 2017
• Subjects: HD28-70 Management. Industrial Management
• Online Access: http://repository.unair.ac.id/62099/1/abstrak.pdf; http://repository.unair.ac.id/62099/2/Tesis_MM_WendyKenafiana.pdf; http://repository.unair.ac.id/62099/
• Institution: Universitas Airlangga

PBB mengangkat isu stres sebagai global epidemic sebagai akibat dari globalisasi dan perubahan lingkungan kerja. Di sisi lain, teori stres kontemporer terus berkembang dalam 2 arus utama. Teori stres interaksional memiliki kemudahan aplikasi sehingga populer, namun memiliki keterbatasan konteks sehingga belum tentu sesuai untuk diterapkan di setiap organisasi. Teori stres transaksional mampu memaparkan proses dan pengalaman stres dengan baik, namun tidak populer karena dianggap sulit dan mahal untuk diterapkan dalam suatu organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman proses dan pengalaman stres pemeriksa di BPK Jawa Timur sebagai empiri, melalui studi eksploratif – induktif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, arsip, dan dokumen self-assessment yang dilakukan terhadap 60 responden, 19 informan, dan 5 informan kunci. Pengumpulan dan analisis data dilakukan berdasarkan siklus grounded theory: theoretical sampling, open coding, axial coding, dan selective coding. Penelitian ini menunjukkan bahwa teori stres transaksional dapat digunakan dalam konteks organisasi, untuk memahami proses dan pengalaman stres individual yang berlangsung dalam suatu organisasi. Desain kerja merupakan pemicu stres pemeriksa di BPK Jatim, namun pengalaman stres ditentukan oleh persepsi resource masing-masing terhadap pemicu stres yang dihadapi, sedangkan dampak stres ditentukan oleh persepsi support masing-masing terhadap pengalaman stres yang dihadapi. Dampak stres muncul dalam 3 tingkat: well-being individu; performa individu dan organisasi; serta dampak kumulatif lanjutan (misal: turnover). Intervensi terhadap desain kerja masih dianggap sebagai pilihan terbaik, namun melengkapi dengan manajemen resource dan support dapat memberikan hasil yang lebih komprehensif.