PEMBENTUKAN, KARAKTERISASI DAN ERADIKASI BIOFILM Candida albicans PADA MUKOSA INTESTIN TIKUS WISTAR SERTA EFEKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN AMYLOID FIBRILS JARINGAN INTESTIN, STRESS OKSIDATIF DAN GANGGUAN FUNGSI ORGAN

Dalam tubuh manusia, amyloid dapat menyebabkan berbagai penyakit dan membentuk plak (endapan berserat) di sekitar sel yang mengganggu fungsi jaringan dan organ tubuh yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembentukan, karakterisasi dan eradikasi biofilm Candida albicans pada mukos...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: MASFUFATUN, 081217027307
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/63952/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/63952/2/DISERTASI%20MASFUFAH_FIX.compressed.pdf
http://repository.unair.ac.id/63952/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
Description
Summary:Dalam tubuh manusia, amyloid dapat menyebabkan berbagai penyakit dan membentuk plak (endapan berserat) di sekitar sel yang mengganggu fungsi jaringan dan organ tubuh yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembentukan, karakterisasi dan eradikasi biofilm Candida albicans pada mukosa intestin tikus Wistar serta efeknya terhadap pembentukan amyloid fibrils jaringan intestin, stress oksidatif dan gangguan fungsi organ. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratory. Model biofilm dibuat secara in vivo pada mukosa membran intestin tikus melalui induksi antibiotik (streptomisin, tetrasiklin dan gentamisin) per oral dan kortison asetat secara subkutan . Pembentukan biofilm intestin diamati melalui perhitungan sel C. albicans (CFU) pada feses dan mukosa intestin. Biofilm intestin dikarakterisasi secara mikroskopis dengan SEM dan CLSM. Metabolit toksin C. albicans yang terdistribusi sistemik dianalisis dengan kromatografi gas. Pembentukan amyloid fibrils diamati dengan pewarnaan congo red, stress oksidatif diamati dengan menentukan kadar MDA serum darah, dan gangguan fungsi organ hewan coba diamati dengan menentukan aktivitas enzim ALT dan AST dalam serum sebagai parameter kerusakan hati. Eradikasi biofilm C. albicans dilakukan dengan menggunakan antibiofilm berupa gabungan konsorsium enzim Achatina fulica, kanamisin dan flukonazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofilm C.albicans mulai terbentuk pada hari ke 28 setelah pemberian antibiotik, imunosupresan dan inoculum C. albicans. Biofilm C. albicans tersusun atas sel yeast, pseudohifa, bakteri E. coli , matriks ekstraseluler. Toksin C. albicans berupa asetaldehid dan etanol terdistribusi dalam darah tikus kelompok biofilm dengan kadar yang lebih tinggi (masing-masing 0,0106 ± 0,0014% dan 0,0063 ±0,0008%) daripada kelompok kontrol (masing-masing 0,00476 ±0,00111% dan 0,005 ±0,00004%). Keberadaan amyloid fibrils pada jaringan intestin ditandai warna merah orange dengan pewarnaan congo red. Kadar rerata MDA, aktivitas ALT dan AST serum darah tikus kelompok perlakuan (yang diinduksi pembentukan biofilm C. albicans) menunjukkan nilai yang lebih tinggi (berturut-turut 12,61 nmol/mL, 127,982 ± 88,26 dan 281,95 ± 77,23 U/mL) dibandingkan kelompok kontrol akuades (berturut-turut 4,79 nmol/mL, 62,49 ± 10,98 dan 138,1±19,22 U/mL). Eradikasi biofilm C. albicans dengan biomaterial antibiofilm, gabungan konsorsium enzim Achatina fulica, kanamisin dan flukonazol menyebabkan penurunan intensitas matriks biofilm sebesar 64,5% ketika diamati dengan CLSM, dan penurunan jumlah (CFU/mL) sel C. albicans sebesar 86%. Eradikasi ini juga menyebabkan penurunan kadar rerata asetaldehid, etanol, MDA, ALT dan AST serum darah hewan coba. Dengan demikian gangguan fungsi organ sebagai parameter kelainan degeneratif pada hewan coba terjadi akibat keberadaan biofilm C. albicans pada mukosa membran intestin melalui pembentukan amyloid fibrils dan stress oksidatif sebagai akibat distribusi sistemik toksin asetaldehid dan etanol.