BMP-2, bone remodeling, IL-1β, Mangifera casturi (Kosterm.) and tooth extraction.

Latar Belakang : Tubuh memiliki respon terhadap benda asing, ketika sel dan jaringan tubuh mengalami diskontinuitas/kerusakan karena sesuatu hal maka tubuh akan merespon dengan memperbaiki jaringan. Tubuh setelah mengalami jejas dan inflamasi akan melakukan proses resolusi dengan membuang eksudat...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: DIDIT ASPRIYANTO, 021314153006
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/64603/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/64603/2/TESIS%20...%20DIDIT%20ASPRIYANTO.pdf
http://repository.unair.ac.id/64603/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
Description
Summary:Latar Belakang : Tubuh memiliki respon terhadap benda asing, ketika sel dan jaringan tubuh mengalami diskontinuitas/kerusakan karena sesuatu hal maka tubuh akan merespon dengan memperbaiki jaringan. Tubuh setelah mengalami jejas dan inflamasi akan melakukan proses resolusi dengan membuang eksudat dan jaringan yang mati dengan cara fagositosis dan ensimatik. Penyembuhan luka merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan interaksi yang terus menerus antara sel dengan sel dan antara sel dengan matriks yang terangkum dalam tiga fase yang saling tumpang tindih. Tiga fase mekanisme fase penyembuhan luka yang terjadi yaitu fase inflamasi (0-3 hari), fase proliferasi dan pembentukan jaringan kult (3-14 hari) dan fase remodeling. Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional luka. Pengobatan tradisional luka dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan masyarakarat demi menjaga kesehatan keluarga dan masyarakat secara murah, efektif dan efisien tanpa menimbulkan efek samping. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional, yaitu pisang mauli yang merupakan pisang khas daerah Kalimantan Selatan. Batang pisang mauli memiliki kandungan senyawa bioaktif terbanyak tanin, diikuti asam askorbat, saponin, β-karoten, flavonoid, likopen, alkaloid, flavonoid. Tanin bersifat antibakteri dan antioksidan pada konsentrasi rendah, dan berfungsi sebagai antijamur pada konsentrasi tinggi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai pemberian ekstrak batang pisang mauli terhadap ekspresi FGF-2 dan jumlah sel fibroblas pada proses penyembuhan luka insisi. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemberian ekstrak batang pisang mauli 25%, 37,5%, 50% terhadap peningkatan kualitas penyembuhan luka insisi, Membuktikan peningkatan ekspresi FGF-2 dan peningkatan jumlah sel fibroblas pada proses penyembuhan luka insisi pada tikus galur wistar jantan dengan pemberian ekstrak batang pisang mauli 25%, 37,5%, 50% pada hari ke-3 dan hari ke-7. Metode : Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik (true experimental), penelitian ini menggunakan hewan coba Rattus norvegicus usia 2-2,5 bulan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random karena populasi pada penelitian ini dianggap homogen, maka cara sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Hewan coba sesuai ciri populasi penelitian sejumlah 32 ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dan dilakukan anastesi kemudian insisi pada punggung dengan panjang dan lebar 15x15mm dan kedalaman 2mm. Pada daerah insisi tersebut dilakukan aplikasi gel pada kelompok kontrol dan aplikasi ekstrak pada kelompok perlakuan dilakukan 3x1 Hari dengan interval 6-8 jam. Pada hari ke-3, 4 tikus dari tiap kelompok dikorbankan. Kemudian, pada kelompok perlakuan lainnya dilakukan aplikasi yang sama sampai hari ke-7 dan diambil jaringan untuk pemeriksaan HE untuk melihat jumlah sel fibroblast dan IHC untuk melihat ekspresi FGF-2. Hasil : Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa pemberian gel ekstrak batang pisang mauli dapat meningkatkan secara bermakna terhadap ekspresi FGF-2 dan jumlah sel fibroblast dibandingkan dengan kelompok kontrol. Konsentrasi 50% ekstrak batang pisang mauli yang paling banyak meningkatkan ekspresi FGF-2 dan jumlah sel fibroblast, karena secara keseluruhan ekstrak batang pisang mauli mengandung antioksidan sehingga mempunyai efek sebagai imunomodulator. Kesimpulan : Terjadi peningkatan ekspresi FGF-2 pada proses penyembuhan luka incisi pada tikus galur wistar jantan dengan pemberian ekstrak batang pisang mauli 25%, 37,5%, 50%. Terjadi peningkatan jumlah sel fibroblas pada proses penyembuhan luka incisi pada tikus galur wistar jantan dengan pemberian ekstrak batang pisang mauli 25%, 37,5%, 50%.