REVITALISASI HARMONI SOSIAL MELALUI MODAL SOSIAL PEMIMPIN LOKAL

Penelitian ini terkait dengan proses revitalisasi harmoni sosial yang dilakukan oleh para pemimpin lokal dengan mendayagunakan potensi modal sosial yang dimiliki. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya dinamika konfliktual pada masyarakat nelayan di Desa Kalirejo Pasuruan, namun pada akhirnya par...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: RIES DYAH FITRIYAH
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/65334/1/dis%20psdm%2008%2017.pdf
http://repository.unair.ac.id/65334/2/abstrak%20dis%20psdm%2008%20%2017.pdf
http://repository.unair.ac.id/65334/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Penelitian ini terkait dengan proses revitalisasi harmoni sosial yang dilakukan oleh para pemimpin lokal dengan mendayagunakan potensi modal sosial yang dimiliki. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya dinamika konfliktual pada masyarakat nelayan di Desa Kalirejo Pasuruan, namun pada akhirnya para pemimpin lokal mampu membangun harmoni sosial dusun Kisik dan Kaligung Desa Kalirejo. Pemimpin lokal yang mampu merevitalisasi harmoni sosial adalah para pemimpin lokal yang memiliki modal sosial sehingga mampu mempengaruhi warganya. Konsepsi modal sosial Bourdieu digunakan untuk melihat kepemilikan modal sosial pemimpin lokal. Perspektif peace building Galtung digunakan untuk mengidentifikasi harmoni sosial, sedangkan proses terbangunnya perdamaian dianalisis dari perspektif teori strukturasi Giddens. Adapun metode penelitiannya adalah penelitian diskriptif kualitatif. Hasil penelitian pertama, menunjukkan bahwa pemimpin lokal yang memiliki modal sosial berupa kepercayaan, jaringan yang luas di masyarakat berupa koneksi, mampu membangun rasa saling peduli dan memiliki, sehingga mampu merevitalisasi harmoni sosial dengan cara membangun makna dari sudut pandang para pemimpin lokal. Pemimpin yang berbasis kultur mentransformasi doktrin agama menjadi semangat persaudaraan sesama muslim yang melahirkan kebersamaan dan tokoh ekonomi membangun makna damai dengan menciptakan suasana kerja yang aman di Kisik dan Kaligung Desa Kalirejo. Hasil penelitian kedua, menunjukkan bahwa pada awalnya pemimpin lokal mengikuti pola perdamaian yang dibentuk oleh aparat keamanan. Selanjutnya pemimpin lokal membangun harmoni dengan memanfaatkan modal sosial yang dimiliki. Keberhasilan pemimpin lokal merevitalisasi harmoni sosial setelah terbangunnya kepercayaan, yang berupa sense of belonging antar warga. Perdamaian tahap pertama termasuk tipe perdamaian negatif Galtung, selanjutnya perdamaian positif dibangun pemimpin lokal di Kalirejo sehingga terwujud sebuah harmoni sosial. Proses membangun rasa saling memiliki antar warga menuju harmoni sosial tersebut ditemukan fakta yang berbeda dengan teori strukturasi Giddens. Pembangunan damai di Kalirejo diawali dengan intervensi dari pihak luar, sehingga perilaku pemimpin lokal mengikut struktur harmoni sosial yang dibentuk. Proses strukturasi terjadi setelah para pemimpin lokal mampu mengkomunikasikan makna damai dari sudut pandang agama dan ekonomi, sehingga terbangun makna damai di masyarakat Kalirejo sebagai kondisi yang menunjukkan tiadanya konflik, adanya keadilan dan tidak ada diskriminasi perlakuan. Pemimpin lokal dengan latar belakang pendidikan yang relatif rendah dan tanpa disertai pelatihan mengenai pembentukan harmoni sosial mampu menciptakan situasi yang harmoni di Kisik dan Kaligung, dengan memanfaatkan pengetahuan dan nilai lokalitas yang ada di masyarakat.