PERBANDINGAN GEN pvl PADA Methicillin-Susceptible Staphylococcus aureus DAN Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus DARI ISOLAT KLINIS DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Staphylococcus aureus, baik strain MSSA maupun MRSA adalah salah satu bakteri patogen penyebab infeksi yang paling sering terisolasi dari spesimen klinik pasien di rumah sakit. Kemampuan bakteri tersebut dalam menimbulkan infeksi disebabkan oleh keberadaan sejumlah faktor virulensi yang memediasi...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: YOEKE DEWI RASITA, NIM011318226304
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/65535/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/65535/2/COMBINE%20PDF%20FINAL%20YOEKE.pdf
http://repository.unair.ac.id/65535/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
Description
Summary:Staphylococcus aureus, baik strain MSSA maupun MRSA adalah salah satu bakteri patogen penyebab infeksi yang paling sering terisolasi dari spesimen klinik pasien di rumah sakit. Kemampuan bakteri tersebut dalam menimbulkan infeksi disebabkan oleh keberadaan sejumlah faktor virulensi yang memediasi terjadinya kolonisasi, invasi bakteri ke jaringan, menghindari sistem pertahanan tubuh dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel. Toksin PVL merupakan salah satu faktor virulensi poten S. aureus yang bekerja dengan target melisiskan PMN, monosit, dan makrofag manusia sehingga mampu meningkatkan tingkat keparahan infeksi serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Kemunculan strain bakteri MRSA yang menghasilkan toksin PVL dapat menyebabkan infeksi yang berat dan sulit diobati. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung perbandingan antara proporsi MSSA dan MRSA pembawa gen pvl penyebab infeksi pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Soetomo. Metode : Isolat S. aureus yang berasal dari isolat klinis pasien rawat inap dan telah diidentifikasi serta diuji sensitivitas antibiotik secara fenotif menggunakan BD PhoenixTM Automated Microbiology System atau Vitek2 Compact system bioMérieux dilanjutkan dengan pengujian genotif menggunakan PCR. Pengelompokan strain bakteri MRSA dilakukan dengan melihat hasil pengujian kepekaan antibiotik secara fenotif yang resisten terhadap Cefoxitin serta Oxacillin dan dilanjutkan dengan pengujian genotif untuk mendeteksi gen mecA. Strain bakteri dengan pola kepekaan antibiotik Cefoxitin dan Oxacillin sensitif dikelompokkan ke dalam bakteri MSSA. Deteksi gen pvl dilakukan pada kedua kelompok bakteri, yaitu kelompok strain bakteri MSSA dan MRSA. Hasil : Dari 85 isolat S. aureus, 65 isolat (76,5%) termasuk strain bakteri MSSA dan 20 isolat (23,5%) termasuk strain bakteri MRSA. Dari 65 isolat strain bakteri MSSA, 9 isolat (13,84%) memiliki gen pvl, dan dari 20 isolat strain MRSA, 1 isolat (5%) memiliki gen pvl. Hasil ini serupa dengan penelitian di 4 (empat) rumah sakit lain di Indonesia yang menemukan bahwa proporsi MSSA pembawa gen pvl lebih besar dibandingkan dengan proporsi MRSA pembawa gen pvl. Analisa komparasi pada strain bakteri MSSA pembawa gen pvl dan strain bakteri MRSA pembawa gen pvl menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05).