MODEL REALIZED ACCESS BAYI BERDASARKAN POTENTIAL ACCESS DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

• Main Author: SERLIE K. A. LITTIK, 101417087330
• Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
• Language: Indonesian; Indonesian
• Published: 2017
• Subjects: RA790-790.95 Mental health. Mental illness prevention; RG940-991 Maternal care. Prenatal care services
• Online Access: http://repository.unair.ac.id/67247/1/Dis.IK.%2042-17%20Lit%20m%20abstrak.pdf; http://repository.unair.ac.id/67247/2/Dis.IK.%2042-17%20Lit%20m%20fulltext.pdf; http://repository.unair.ac.id/67247/; http://lib.unair.ac.id
• Institution: Universitas Airlangga

Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan bayi menjadi masalah serius di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) karena tingginya angka kesakitan dan kematian bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model realized access bayi berdasarkan potential access di Kabupaten TTS. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Ayotupas dan Puskesmas Nulle, Kabupaten TTS, dengan sampel sebesar 280 ibu yang memiliki bayi post neonatal. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan panduan kuesioner. Data dianalisis dengan bantuan SmartPLS Versi 3.2.6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realized access bayi di Kabupaten TTS dipengaruhi secara langsung oleh kejadian sakit (ß=0,670), faktor bayi (tempat dilahirkan, umur saat dilahirkan, berat badan lahir) (ß=0,211), otonomi ibu (pengambil keputusan perawatan bayi, kontrol atas uang, freedom of movement)(ß=0,131), dan faktor keluarga (pendapatan, kepemilikan asuransi kesehatan, pengetahuan, sumber informasi kesehatan)(ß=0,122). Sedangkan secara tidak langsung, realized access bayi dipengaruhi oleh faktor keluarga melalui otonomi ibu dan kejadian sakit, dan faktor bayi melalui kejadian sakit. Otonomi ibu dan faktor bayi memiliki peranan penting dalam realized access bayi di Kabupaten TTS. Untuk itu perlu memperkuat kerjasama multi-sektor untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui pemberdayaan ibu; meningkatkan kualitas komunikasi suami istri; dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kerugian secara ekonomis jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan pada waktu yang tepat baik untuk kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi ketika sakit.