PENGARUH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TERHADAP KOMITMEN INDONESIA DALAM MEREDUKSI EMISI KARBON PROTOKOL KYOTO 2009-2014

Sebagaimana telah banyak diketahui, isu lingkungan hidup telah menjadi isu krusial kekinian dalam dunia internasional. Salah satu isu spesifik terkait lingkungan hidup tersebut adalah perubahan iklim. Karena sifat dari perubahan iklim yang lintas batas (transboundary), maka negara –sebagai aktor...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: MUSTIKA KUSUMA WARDANI, 071012043
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/68006/1/Fis.HI.78.17%20.%20War.p%20-%20ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/68006/2/Fis.HI.78.17%20.%20War.p%20-%20SEC.pdf
http://repository.unair.ac.id/68006/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Sebagaimana telah banyak diketahui, isu lingkungan hidup telah menjadi isu krusial kekinian dalam dunia internasional. Salah satu isu spesifik terkait lingkungan hidup tersebut adalah perubahan iklim. Karena sifat dari perubahan iklim yang lintas batas (transboundary), maka negara –sebagai aktor hubungan internasional yang mempunyai kedaulatan tertinggi- mau tak mau harus bersatu padu untuk mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Berangkat dari asumsi ‘common but differentiated responsibilities’, negara dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian membentuk Rezim Lingkungan Internasional yang bernama Protokol Kyoto pada tahun 1997. Protokol Kyoto mempunyai target pereduksian emisi karbon, komitmen pereduksian emisi karbon pertama adalah tahun 2009-2012. Komitmen pereduksian pertama ini secara umum mengalami stagnansi progress yang disebabkan anarkisme negara anggota rezim yang selalu lebih mementingkan kepentingan sendiri. Dalam kondisi yang dilematis ini, Indonesia dengan pemimpin negaranya kala itu, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, menyatakan bahwa Indonesia, yang merupakan negara berkembang dan tidak mempunyai kewajiban mengurangi emisi karbon, secara sukarela mau mengurangi emisi karbonnya sebesar 26% pada tahun 2020, atau bahkan 41% jika dunia internasional mau memberikan dukungan. Pernyataan Yudhoyono tersebut dinyatakan pada tahun 2009 di Kopenhagen, Denmark. Indonesia sendiri, ketika era kepemimpinan Yudhoyono (2004-2014), memang kerap berkontribusi dalam isu-isu lingkungan, hal ini sesuai dengan salah satu fokus dari arah politik luar negeri Indonesia yang pro terhadap penyelamatan lingkungan. Sebuah fokus yang belum pernah ditangani secara mendalam oleh presiden-presiden indonesia sebelum Yudhoyono. Dengan menggunakan Level Analisis Individu, yaitu teori Psikobiografi dan Worldview dari Jerrold M. Post, penulis akan mencoba menganalisis sejauh apa peran Yudhoyono terkait politik luar negeri Indonesia dalam rezim lingkungan internasional Protokol Kyoto.