Kontruksi Masyarakat Tentang Perhitungan Weton Dalam Tradisi Pra Perkawinan Adat Jawa (Studi di Dusun Petak Desa Beged Kecamatan Ngayam Kabupaten Bojonegoro)
Perkawinan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, yakni memulai ikatan suami istri dalam membina kehidupan rumah tangga, di dalamnya terdapat tradisi yang dilakukan sebelum perkawinan, yakni perhitungan weton yang digunakan untuk menentukan hari baik perkawinan. Dalam prosesi perkawinan Jawa ya...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
Published: |
2017
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/68270/1/Fis.S.76.17%20.%20Nai.k%20-%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/68270/2/Fis.S.76.17%20.%20Nai.k%20-%20SEC.pdf http://repository.unair.ac.id/68270/3/Fis.S.76.17%20.%20Nai.k%20-%20JURNAL.pdf http://repository.unair.ac.id/68270/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
Summary: | Perkawinan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, yakni memulai ikatan suami istri dalam membina kehidupan rumah tangga, di dalamnya terdapat tradisi yang dilakukan sebelum perkawinan, yakni perhitungan weton yang digunakan untuk menentukan hari baik perkawinan. Dalam prosesi perkawinan Jawa yang khas dengan tradisi, bahkan pada masyarakat yang memiliki agama yang kuat masih melakukan perhitungan weton untuk menentukan bibit, bebet dan bobot. Permasalahan penelitian adalah kontruksi masyarakat sekitar pondok pesantren terhadap perhitungan weton sebagai tradisi pra perkawinan dan praktik perhitungan weton yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren.
Penelitian menggunakan teori kontruksi sosial dari Peter L. Berger dan Thomas L. Luckmann melalui tiga tahapan yakni Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi. Dan menggunakan konsep wujud kebudayaan yakni Ide, Aktivitas(Tindakan) dan Artefak. Adapun informan diperoleh secara snowball.
Hasil penelitian yakni : 1. Informan memiliki kemampuan menghitung weton dan memberikan solusi jika hasil perhitungan weton tidak baik, mengkontruksi perhitungan weton penting sebagai penentuan nasib perkawinan, jika hasil weton tidak baik dilakukan ruwatan. 2. Informan yang tidak memiliki kemampuan menghitung weton dan memiliki pengalaman perhitungan weton kurang baik mengkontruksi sebagai pertimbangan pemilihan jodoh, dan tidak melakukan ruwatan. 3. informan yang melakukan ruwatan ketika hasil perhitungan weton kurang baik mengkontruksi weton sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan. 4. Informan yang tidak memiliki kemampuan menghitung weton, dan memiliki pengalaman baik, mengkontruksi weton sebagai tradisi yang dilakukan secara turun temurun sebelum perkawinan, sehingga tidak berani melanggar perhitungan weton dan merasakan dampak dari hasil perhitungan weton yang dianggap baik. 5. Informan memiliki latarbelakang alumni pondok pesantren al-basyiriah mengkontruksi perhitungan weton dilakukan untuk mengikuti kehendak orangtua secara terpaksa melakukan perhitungan weton, walaupun hasil perhitungan weton informan dianggap baik. 6. Tradisi perhitungan weton lebih dominan mempengaruhi masyarakat walaupun mereka hidup disekitar pesantren. 7. Praktik perhitungan weton yang dilakukan masyarakat Dusun Petak Desa Beged merupakan aktivitas atau tindakan untuk memperoleh keselamatan kehidupan rumah tangga. |
---|