FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA Di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan yang akut. Berdasarkan sensus kesehatan Surabaya pada 2012, ISPA merupakan penyakit dengan insiden tertinggi di Surabaya, sebanyak 578.269 kasus, dengan kasus tertinggi di Kecamatan Wiyung Surabaya...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: JORDAN FAHMI, NIM011411131110
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/68535/3/ABSTRAK_FK.PD.420%2017%20Fah%20f.pdf
http://repository.unair.ac.id/68535/4/FULLTEXT_FK.PD.420%2017%20Fah%20f.pdf
http://repository.unair.ac.id/68535/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan yang akut. Berdasarkan sensus kesehatan Surabaya pada 2012, ISPA merupakan penyakit dengan insiden tertinggi di Surabaya, sebanyak 578.269 kasus, dengan kasus tertinggi di Kecamatan Wiyung Surabaya, yaitu sebesar 18,90%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang terkait dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah Kecamatan Wiyung Surabaya. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Mengambil data dengan cara wawancara. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16. Uji analisis menggunakan metode chi square dan metode fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu (p = 0,169), pemberian ASI eksklusif (p = 0,281), status gizi (p = 0,99), dan status imunisasi (p = 0,867) dengan kejadian infeksi pernapasan akut pada balita. Disarankan bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif untuk anakanak <6 bulan. Sedangkan untuk pelayan kesehatan, mereka diharapkan dapat meningkatkan konseling mengenai pemberian ASI eksklusif, mengenai pemberian gizi yang baik pada balita, dan meningkatkan konseling tentang imunisasi.