PERBEDAAN DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 3,125% DAN CHLORHEXIDINE 0,2% TERHADAP Lactobacillus acidophilus (Penelitian Eksperimental Laboratoris)
Karies merupakan proses demineralisasi jaringan keras gigi akibat aktivitas metabolisme bakteri. Lactobacillus acidophilus sebagai salah satu agen penyebab karies pada gigi yang berperan penting dalam proses kelanjutan karies gigi. Upaya yang dapat dilakukan dalam menghambat bakteri kariogenik a...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | English English |
Published: |
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/68732/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/68732/2/full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/68732/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | English English |
Summary: | Karies merupakan proses demineralisasi jaringan keras gigi
akibat aktivitas metabolisme bakteri. Lactobacillus acidophilus sebagai salah satu
agen penyebab karies pada gigi yang berperan penting dalam proses kelanjutan
karies gigi. Upaya yang dapat dilakukan dalam menghambat bakteri kariogenik
antara lain penggunaan bahan antibakteri seperti chlorhexidine yang telah terbukti
mampu menghambat bakteri Lactobacillus acidophilus, namun chlorhexidine
memiliki beberapa efek samping. Dibutuhkan bahan dasar herbal sebagai bahan
alternatif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab karies,
salah satunya adalah ekstrak temulawak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan daya antibakteri antara ekstrak temulawak dan
chlorhexidine 0,2% dalam menghambat Lactobacillus acidophilus. Metode:
Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratoris. Pembuatan ekstrak
temulawak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan
dilakukan pengenceran menggunakan metode serial dilution untuk memperoleh
ekstrak temulawak konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%,
0,781%. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui nilai KHM dan KBM
ekstrak temulawak terhadap Lactobacillus acidophilus yang diketahui dengan
menghitung pertumbuhan koloni bakteri pada media mueller hinton dalam satuan
CFU/ml. Dari hasil perhitungan jumlah koloni Lactobacillus acidophilus,
didapatkan nilai KHM sebesar 3,125% dan nilai KBM sebesar 6,25%. Setelah itu,
dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan daya antibakteri ekstrak
temulawak konsentrasi KHM dan chlorhexidine 0,2% dengan menggunakan
metode difusi yaitu dengan pengukuran zona hambat. Hasil: Pengukuran zona
hambat dengan menggunakan jangka sorong menunjukkan chlorhexidine 0,2%
memiliki zona hambat yaitu (dalam satuan mm) 15,1; 15,2; 15,4; 14,9; 15,0; 15,15;
15,5; 15,7; 15,8; 16,0; 14,6; 15,2; 14,85;15,1; 15,3; 15,2, sedangkan pengukuran
zona hambat ekstrak temulawak 3,125% yaitu (dalam satuan mm) 10,0; 10,3; 10,2;
9,9; 9,8; 10,1; 10,3; 10,1; 10,45; 10,1; 9,95; 9,85; 8,85; 9,35; 9,45; 9,4. Simpulan:
Chlorhexidine 0,2% memiliki daya antibakteri lebih baik daripada ekstrak
temulawak 3,125% terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus. |
---|