HUBUNGAN STATUS GIZI DAN GINGIVITIS PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DAN 11-12 TAHUN DI SURABAYA

Latar Belakang: Gingivitis merupakaan kelainan gusi yang sering diabaikan. Anak – anak maupaun dewasa dapat mengalami gingivitis. Banyak dilakukan penelitian yang mencari hubungan kondisi mulut dengan kondisi tubuh secara general. Gingivitis merupakan kondisi inflamasi pada gingiva, reaksi inflamasi...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: THERESA DIAN KRISSANTI, 021411133029
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/69214/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/69214/2/full%20text.pdf
http://repository.unair.ac.id/69214/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
Description
Summary:Latar Belakang: Gingivitis merupakaan kelainan gusi yang sering diabaikan. Anak – anak maupaun dewasa dapat mengalami gingivitis. Banyak dilakukan penelitian yang mencari hubungan kondisi mulut dengan kondisi tubuh secara general. Gingivitis merupakan kondisi inflamasi pada gingiva, reaksi inflamasi meskipun minor dapat mempengaruhi kondisi keseluruhan tubuh dengan adanya respon imun sistemik. Permasalahan mengenai status gizi kurus pada anak di Surabaya merupakan permasalahan gizi prevalensi tinggi. Hal tersebut mungkin disebabkan adanya respon imun akibat gingivitis. Tujuan: menganalisis hubungan antara status gizi dan gingivitis pada anak usia 5-6 tahun dan 11-12 tahun di kota Surabaya. Metode: penelitian dilakukan pada anak usia TK dan SD di 5 wilayah di Surabaya. Gingiva diperiksa dengan melakukan probing pada sulkus gingiva. Pemeriksaan status gizi dilakukan dengan mengukut BMI dan dikonversikan ke z score. Hasil: Prevalensi gingivitis di surabaya pada kelompok TK 17.65% pada kelompok SD 46.30%. Sebagian besar anak di Surabaya memiliki status gizi normal, tetapi prevalensi masalah gizi kurus pada kelompok TK masuk dalam kategori prevalensi tinggi. Prevalensi status gizi kurus pada kelompok TK adalah 17.62%. Pada kelompok SD prevalendi kurus adalah 11.11% sehingga pada kelompok SD masalah gizi kurus di Surabaya merupakan masalah gizi serius. Melalui uji korelasi Spearman tidak didapatam hubungan bermakna antara gingivitis dan status gizi. Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi dan gingivitis. Tetapi secara deskriptif, anak yang memiliki status gizi kurang berpeluang lebih besar mengalami gingivitis.