EVALUASI TINGKAT RISIKO GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PROSEDUR EKSTRAKSI GIGI POSTERIOR RAHANG ATAS DI POLIKLINIK BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA

Latar belakang: Profesi sehari-hari dokter gigi melibatkan area perawatan yang relatif kecil, yaitu rongga mulut. Profesi ini memerlukan ketelitian tinggi, karena itu sering dijumpai dokter gigi melaksanakan pekerjaannya dengan posisi janggal dalam waktu relatif lama. Ekstraksi gigi merupakan tindak...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ANGGY PRAYUDHA, 021411131103
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2017
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/69806/1/KG.68%20-%2018%20Pra%20e%20ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/69806/2/KG.68%20-%2018%20Pra%20e.pdf
http://repository.unair.ac.id/69806/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Latar belakang: Profesi sehari-hari dokter gigi melibatkan area perawatan yang relatif kecil, yaitu rongga mulut. Profesi ini memerlukan ketelitian tinggi, karena itu sering dijumpai dokter gigi melaksanakan pekerjaannya dengan posisi janggal dalam waktu relatif lama. Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang paling sering dilakukan dalam posisi berdiri, dan gigi yang paling sulit untuk diekstraksi adalah gigi posterior rahang atas. Delapan puluh persen mahasiswa profesi dan dokter gigi yang melakukan kerja praktik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengalami gangguan muskuloskeletal. Tujuan: Menganalsis tingkat risiko gangguan muskuloskeletal mahasiswa profesi di Poliklinik Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga saat melakukan ekstraksi gigi posterior rahang atas. Metode: Evaluasi tingkat risiko gangguan muskuloskeletal dilakukan selama bulan September sampai November 2017 pada 73 sampel mahasiswa profesi yang melakukan ekstraksi gigi posterior rahang atas dan dibagi menjadi tindakan anestesi, ekstraksi dengan elevator dan dengan tang. Evaluasi dilakukan oleh dua pengamat melalui video rekaman CCTV dengan menggunakan form Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil: Pada tindakan anestesi, 67,12% memiliki risiko sedang, 31,51% memiliki risiko tinggi, dan 1,37% memiliki risiko rendah. Pada ekstraksi dengan elevator, 58,90% memiliki risiko tinggi, 35,62% memiliki risiko sedang, dan 5,48% memiliki risiko sangat tinggi. Pada ekstraksi dengan tang, 57,53% memiliki risiko sedang, 39,73% memiliki risiko tinggi, dan 2,74% memiliki risiko sangat tinggi. Kesimpulan: Mahasiswa profesi yang sedang melakukan ekstraksi gigi posterior rahang atas dapat dikategorikan memiliki risiko tinggi pada ekstraksi dengan elevator, dan memiliki risiko sedang saat melakukan tindakan anestesi dan ekstraksi dengan tang.