FLUIDITAS BUDAYA DAN NEGOSIASI IDENTITAS PASANGAN PERKAWINAN CAMPURAN INDONESIA DAN JEPANG DI SURABAYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fluiditas budaya dan negosiasi identitas pasangan perkawinan campuran Indonesia dan Jepang di Surabaya. Latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah keunikan perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dan Jepang. Pernikahan terse...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | English English |
Published: |
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/71390/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/71390/2/full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/71390/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | English English |
Summary: | Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fluiditas budaya dan
negosiasi identitas pasangan perkawinan campuran Indonesia dan Jepang di
Surabaya. Latar belakang yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah
keunikan perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dan Jepang.
Pernikahan tersebut dianggap sangat unik karena Indonesia dan Jepang
memiliki hubungan historis yang cukup dalam. Hubungan perkawinan
dengan latar belakang memori poskolonial membuat penelitian ini menjadi
sangat menarik untuk dikaji. Dengan menggunakan metode kualitatif
penelitian ini dilakukan di Surabaya kepada tiga pasang responden yang telah
dipilih secara purposive. Pasangan dipilih secara purposive dengan kriteria
istri Warga Negara Indonesia dan suami Warga Negara Jepang yang
memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara mendalam. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa dentitas merupakan sesuatu yang fluid dan terus menerus berubah
sesuai dengan keadaan yang timbul disekitarnya. Fluiditas budaya pada
pasangan perkawinan campuran dapat dilihat melalui beberapa aspek
diantaranya aspek budaya, bahasa, agama, dan penerimaan lingkungan
sekitar terhadap pasangan perkawinan campuran. Dari serangkaian proses
fluiditas tersebut kita dapat pula melihat bagaimana proses negosiasi identitas
pada pasangan perkawinan campuran Indonesia dan Jepang. Dari aspek
budaya, bahasa, dan agama dapat dilihat bagaimana pasangan perkawinan
campuran menegosiasikan identitasnya. Terkait dengan aspek bahasa dan
budaya semua responden menganut sistem symmetric, dimana semua
pasangan berusaha menggabungkan budaya dan bahasa masing-masing untuk
membentuk budaya dan bahasa baru. Meskipun demikian, untuk masalah
agama justru sebaliknya, ketiga responden menganut sistem asymmetric.
Proses asymmetric pada pasangan perkawinan campuran ditandai dari
tindakan ketiga suami yang bersedia menganut agama pasangannya dan
meninggalkan kepercayaan sebelumnya. |
---|