THE REPRESENTATION OF FEMININITY PORTRAYED BY FEMALE PRESENTERS IN DARI LANGIT TELEVISION PROGRAM

Gender adalah konsep yang sudah dibangun oleh masyarakat untuk mendefinisikan pria dan wanita. Banyak orang di Indonesia masih berpikir bahwa jenis kelamin ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi ada konstruksi sosial di mana perempuan dipaksa untuk tetap berada di bawah kendali laki-laki. Hal ini dis...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PRATITA ADI PUTRI, 121311233082
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
English
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/73836/1/ABSTRAK_FS.BE.85%2018%20Put%20r.pdf
http://repository.unair.ac.id/73836/2/FULLTEXT_FS.BE.85%2018%20Put%20r.pdf
http://repository.unair.ac.id/73836/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
English
Description
Summary:Gender adalah konsep yang sudah dibangun oleh masyarakat untuk mendefinisikan pria dan wanita. Banyak orang di Indonesia masih berpikir bahwa jenis kelamin ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi ada konstruksi sosial di mana perempuan dipaksa untuk tetap berada di bawah kendali laki-laki. Hal ini disebut sebagai subordinasi perempuan. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti kinerja gender presenter wanita dalam program televisi Dari Langit. Penulis mengharapkan untuk melihat penggambaran feminitas dan maskulinitas melalui presenter perempuan. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori perempuan maskulin sebagai kerangka kerja. Teori ini menjelaskan bagaimana gender dapat bertindak secara fleksibel tergantung pada situasi, tempat, dan waktu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan semiotik oleh John Fiske. John Fiske mengkategorikan tiga kode sosial yaitu realitas, representasi, dan ideologi. Berdasarkan analisis tersebut, dengan menggunakan teori perempuan maskulin oleh Judith Halberstam, penulis menemukan bahwa kemampuan presenter perempuan dalam melakukan aktifitas petualangan tidak dapat dihitung sama seperti laki-laki karena mereka hanya dilihat pada sebatas penampilan semata. Bentuk negosiasi adalah saat mereka mencampur penampilan mereka sebagai maskulin dan feminin. Perempuan masih tergambar sebagai aktor kedua.