HUBUNGAN PEMBERIAN TERAPI ANTIBIOTIK EMPIRIS DENGAN LUARAN PADA PASIEN PNEUMONIA RAWAT INAP DI RSUD DR SOETOMO

Latar belakang. Terapi empiris merupakan kunci utama keberhasilan tatalaksana pneumonia. Kegagalan terapi dalam 48-72 jam pertama akan meningkatkan risiko kematian sebesar 11 kali. Perubahan pola kuman adalah salah satu penyebab ketidaksesuaian terapi empiris. Data pola kuman dan kepekaan antibio...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Putu Dyah Widyaningsih
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
Indonesian
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/74574/1/abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/74574/2/full%20text.pdf
http://repository.unair.ac.id/74574/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
Indonesian
Description
Summary:Latar belakang. Terapi empiris merupakan kunci utama keberhasilan tatalaksana pneumonia. Kegagalan terapi dalam 48-72 jam pertama akan meningkatkan risiko kematian sebesar 11 kali. Perubahan pola kuman adalah salah satu penyebab ketidaksesuaian terapi empiris. Data pola kuman dan kepekaan antibiotik setempat dapat menjadi dasar rekomendasi terapi empiris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman dan kepekaan antibiotik di RSUD Dr. Soetomo tahun 2016 serta menganalisis hubungan antara pemberian terapi empiris terhadap luaran pasien rawat inap dengan pneumonia. Metode: Penelitian observasional analitik retrospektif ini dilakukan dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2016 Sampel penelitian adalah rekam medis pasien dengan diagnosis pneumonia selama perawatan di ruang paru RSUD Dr. Soetomo dalam kurun waktu tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil: Terdapat 726 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, 5,1% tidak memiliki data lengkap. Dari 689 pasien pneumonia yang dianalisis ditemukan presentase CAP 78.2%, HCAP 16%, dan HAP 5.8%. Stabilitas klinis ditemukan pada 48% pasien, sementara 46% pasien mengalami perburukan klinis. Sebesar 63.1% pemberian terapi empiris berupa terapi kombinasi dengan 48.8% menggunakan kombinasi Betalaktam + Fluoroquinolone. Pemberian terapi empiris kombinasi Betalaktam+Fluroquinolone berhubungan dengan perburukan klinis (C=0.257 untuk HCAP;p<0.01) dan angka kematian (C=0.213 untuk CAP, C=0.314 untuk HCAP; p<0.001). Rerata lama perawatan di rumah sakit 10.2 ± 6.7 hari. Terdapat perbedaan bermakna lama perawatan antara pemberian terapi empiris kombinasi Betalaktam +Fluoroquinolone dengan jenis terapi empiris lainnya (p<0.01). Tiga kuman terbanyak adalah Enterobactericeae spp, Acinetobacter spp, dan Streptococcus viridans. Tiga jenis antibiotik dengan sensitivitas tertinggi adalah Amikacin, Cefoperazone-sulbactam, Meropenem maka dari itu penelitian ini merekomendasikan penggunaan Cefoperazone-sulbactam sebagai antibiotik pilihan pada terapi empiris pneumonia rawat inap. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pemberian terapi empiris dengan luaran pada pasien pneumonia rawat inap Kata kunci: terapi empiris, antibiotika, respons terapi