HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING SURABAYA

• Main Author: ISTI NURUL RIZKI, NIM011611223042
• Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
• Language: Indonesian; Indonesian
• Published: 2018
• Subjects: R Medicine (General)
• Online Access: http://repository.unair.ac.id/75971/1/FK%20BD%2084%2018%20ISTI%20NURUL%20RIZKI%20%20abstrak.pdf; http://repository.unair.ac.id/75971/2/FK%20BID%2084%2018.pdf; http://repository.unair.ac.id/75971/; http://lib.unair.ac.id
• Institution: Universitas Airlangga

Data profil kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2014 menunjukkan kejadian berat badan lahir rendah di Surabaya mencapai 1118 kasus. Berat badan lahir rendah mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero-plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, prematuritas, cacat bawaan, atau bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. Metode: Desain penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan kasus-kontrol dan dengan pendekatan secara retrospektif menggunakan data rekam medis untuk memperoleh data di antaranya identitas, kadar hemoglobin dan berat badan bayi yang dilahirkan. Kelompok kasus adalah 25 neonatus dengan berat badan lahir rendah sebanyak dan sebagai kontrolnya adalah neonatus dengan berat badan lahir normal. Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengah ibu hamil memiliki kadar hemoglobin ≤ 11,0 (48,0%) dan hemoglobin >11 (52,0%). Setelah dilakukan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (p≤0,05) yang berarti ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan kejadian BBLR. Nilai OR diperoleh 0,048 yang artinya ibu hamil dengan kadar hemoglobin ≤ 11,0 berisiko 20x lipat melahirkan bayi dengan bayi berat lahir rendah. Kesimpulan: Kadar hemoglobin memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan janin agar tidak terlahir dengan berat lahir rendah sehingga tenaga kesehatan diharapkan lebih proaktif dalam memantau dan memastikan kondisi ibu hamil selama dalam masa ANC.