KEBIJAKAN FILIPINA ERA PEMERINTAHAN PRESIDEN RODRIGO DUTERTE TERHADAP KLAIM 9 DASH LINE TIONGKOK DI LAUT TIONGKOK SELATAN
Permasalahan sengketa kepemilikan Laut Tiongkok Selatan sejak awal telah menjadi faktor utama memanasnya hubungan Filipina dan Tiongkok. Dalam berbagai periode pemerintahan Filipina sejak era Presiden Marcos, secara konsisten menerapkan kebijakan agresif terhadap tindakan ekspansi Tiongkok di Lau...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/76222/1/ABSTRAK_Fis.HI.71%2018%20Num%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/76222/2/FULLTEXT_Fis.HI.71%2018%20Num%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/76222/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Permasalahan sengketa kepemilikan Laut Tiongkok Selatan sejak awal telah menjadi
faktor utama memanasnya hubungan Filipina dan Tiongkok. Dalam berbagai periode
pemerintahan Filipina sejak era Presiden Marcos, secara konsisten menerapkan
kebijakan agresif terhadap tindakan ekspansi Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.
Pemerintah Filipina secara umum melakukan strategi balancing terhadap Tiongkok
melalui Amerika Serikat dalam menentang segala tindakan Tiongkok di Laut
Tiongkok Selatan. Periode baru dalam sengketa kedua negara dimulai pada tahun
2009 dengan pengajuan klaim 9 dash line Tiongkok terhadap PBB. Klaim terbaru ini
menandakan kedaulatan Tiongkok terhadap keseluruhan kawasan Laut Tiongkok
Selatan. Seiring dengan klaim terbaru Tiongkok tersebut mengakibatkan peningkatan
tensi konflik di kawasan seiring dengan respon yang kian agresif oleh Pemerintah
Filipina. Periode tahun 2011 hingga 2015 menjadi titik terendah hubungan kedua
negara dengan kemunculan berbagai konflik kecil diantara keduanya. Terpilihnya
Rodrigo Duterte sebagai Presiden Filipina kemudian menghadirkan pendekatan baru
Filipina terhadap Tiongkok terkait klaimnya di Laut Tiongkok Selatan. Berbeda
dengan pemimpin sebelumnya, Presiden Duterte justru membawa Filipina pada
kebijakan kooperatif terhadap Tiongkok walaupun disisi lain tidak terdapat indikasi
Filipina untuk melepaskan klaimnya di Laut Tiongkok Selatan. Berbagai kebijakan
kemudian ditetapkan pemerintah guna mendekatkan diri terhadap Tiongkok. Untuk
menjelaskan alasan strategi baru Filipina ini, peneliti melihat pada faktor
ketimpangan kapabilitas Filipina dibandingkan dengan Tiongkok menghasilkan
preferensi Pemerintah Filipina saat ini untuk bertindak kooperatif. Berdasarkan
pemikiran bandwagoning juga dapat diketahui bahwa kebijakan baru Filipina tersebut
berhubungan kenyataan manfaat yang diperoleh untuk bersikap kooperatif ketimbang
melakukan perlawanan secara terus menerus terhadap dominasi Tiongkok di
kawasan. |
---|