PROFIL PASIEN FRAKTUR ZYGOMA DAN OUTCOME SETELAH TERAPI OPERASI DI SMF BEDAH PLASTIK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE 1 JANUARI 2016 – 31 DESEMBER 2016
Fraktur zygoma adalah salah satu akibat adanya midface trauma yang menyebabkan dikonstinuitas dari tulang yang lengkap atau tidak lengkap akibat gaya kontak yang umumnya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Insiden kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak yaitu lebih dari 50 % dibandin...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/76702/1/Abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/76702/2/FK%20PD%2059%2018%20Sho%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/76702/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Fraktur zygoma adalah salah satu akibat adanya midface trauma yang menyebabkan dikonstinuitas dari tulang yang lengkap atau tidak lengkap akibat gaya kontak yang umumnya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Insiden kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak yaitu lebih dari 50 % dibanding insiden non kecelakaan lalu lintas. Trauma yang didapat dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, gigi, dan struktur tulang di sekitar os zygoma. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam mengenai diagnosis serta prosedur penanganan yang cepat menjadi penting untuk menghindari komplikasi, kelainan, dan gangguan penglihatan yang mungkin terjadi akibat midface trauma.
Data terbaru pada kasus fraktur zygoma dan informasi lainnya masih belum diperbarui di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, sehingga peneliti mengambil topik penelitian ini sebagai data dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya terutama bidang kesehatan yang dapat bermanfaat baik bagi peneliti selanjutnya, dokter, rumah sakit, masyarakat, maupun pemerintah. Penelitian deskriptif observasional ini mengamati profil fraktur zygoma diantaranya kelompok usia, jenis kelamin, trauma penyebab fraktur, jenis cedera kepala dan fraktur wajah lain yang menyertai pasien fraktur zygoma, rentang waktu terjadinya kejadian hingga terapi operasi, macam kecelakaan yang berhubungan dengan trauma penyebab fraktur dan dihubungkan dengan jenis fraktur zygoma. Adapun tatalaksana yang diamati yaitu terapi operasi dan outcome setelah terapi operasi yang dilakukan di SMF Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan desain deskriptif observasional.
Pengambilan sampel dilakukan melalui data sekunder yaitu rekam medis secara total sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu, dilakukan rekapitulasi dan analisis data secara deskriptif.
Jumlah sampel penelitian adalah 58 pasien. Perbandingan jenis kelamin antara pria dan wanita adalah 13 : 1. Kelompok usia pasien fraktur zygoma dikelompokkan menjadi kelompok usia balita hingga manula dengan rentang usia 0 – 65 tahun ke atas. Kelompok usia remaja adalah kelompok usia terbanyak dengan rentang usia 12 – 25 tahun yaitu sejumlah 30 pasien (51.72 %). Trauma penyebab fraktur terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas yaitu sejumlah 56 pasien (96.55 %).
Sebagian besar pasien fraktur zygoma mengalami cedera kepala dengan berbagai derajat cedera kepala yaitu sejumlah 38 pasien (65.52 %). Dari 55 pasien fraktur zygoma dan orbita, fraktur penyerta terbanyak adalah fraktur maxilla yaitu sejumlah 53 pasien (91.38 %). Berdasarkan batasan waktu golden period yaitu 14 hari, sebagian besar pasien fraktur zygoma tidak terlambat atau tidak lebih dari golden period dalam mendapat penanganan yaitu sejumlah 39 pasien (67.24 %). Insiden kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah kecelakaan sepeda motor baik kecelakaan motor dan motor yaitu sejumlah 22 pasien (37.93 %) maupun kecelakaan motor tunggal yaitu sejumlah 22 pasien (37.93 %). Jika insiden tersebut dikaitkan dengan jenis fraktur zygoma yang diklasifikasikan menjadi low energy dan high energy oleh Manson et al dan Remy Blanchaert, maka didapatkan bahwa sebagian besar insiden kecelakaan lalu lintas memberikan dampak high energy. Tatalaksana terhadap fraktur zygoma terbanyak yaitu terapi operasi dengan kriteria
B, semua approah kecuali coronal dan semua fiksasi termasuk rekonstruksi orbita, tetapi tanpa arcus zygoma, yaitu sejumlah 31 pasien (53.45 %). Berdasarkan outcome yang dievaluasi maksimal 3 hari pasca terapi operasi melalui pemeriksaan sistematis, didapatkan pasien nyeri sejumlah 12 pasien (34.29 %), trismus sejumlah 1 pasien (2.86 %), edema sejumlah 19 pasien (54.29 %), hematom palpebra sejumlah 16 pasien (45.71 %), dan perdarahan subconjunctival sejumlah 7 pasien
(20 %).
Saran kepada peneliti selanjutnya adalah sebaiknya periode penelitian
diperpanjang dan kriteria inklusi diperluas agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih representatif. Selain itu, jika peneliti selanjutnya ingin meneliti mengenai outcome pasca terapi operasi, maka poin pemeriksaan sebaiknya ditambah agar menghasilkan hasil yang lebih objektif serta peneliti memeriksa langsung atau mengambil data primer sehingga hasil yang didapat lebih spesifik. |
---|