PERBEDAAN PEMBERIAN KOMBINASI TERAPI CERMIN DAN ROM (MIRROR THERAPY & RANGE OF MOTION) DENGAN ROM TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS & TAHAP PENERIMAAN DIRI PADA KLIEN STROKE DENGAN HEMIPARESIS DI RUANG VII RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Pendahuluan: Salah satu masalah pada pasien stroke adalah penurunan kekuatan otot akibat hemiparesis yang berdampak pada penerimaan diri klien. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kombinasi terapi cermin & ROM. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pemberian kombi...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Dedi Irawandi, NIM 131614153097
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/78016/1/TKP%2073_18%20Ira%20p%20ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/78016/2/TKP%2073_18%20Ira%20p.pdf
http://repository.unair.ac.id/78016/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Pendahuluan: Salah satu masalah pada pasien stroke adalah penurunan kekuatan otot akibat hemiparesis yang berdampak pada penerimaan diri klien. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kombinasi terapi cermin & ROM. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pemberian kombinasi terapi cermin dan ROM dengan ROM terhadap kekuatan otot ekstremitas atas & tahap penerimaan diri pada klien stroke dengan hemiparesis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan rancangan pre-post control group design, dilakukan pada 36 responden dengan teknik consecutive sampling selama 3 bulan di ruangan stroke. Kekuatan otot ekstremitas atas diukur menggunakan skala Medical Research Council, sedangkan tahap penerimaan diri menggunakan kuesioner tahap penerimaan diri berdasarkan pada tahap adaptasi Kubler Ross. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Witney dengan nilai p value < 0,05. Hasil dan analisis: uji Wilcoxon menunjukan nilai p<0,05 untuk kekuatan otot dan tahap penerimaan diri baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Hasil analisis perbedaan kekuatan otot antara kelompok perlakuan dan kontrol diketahui p value =0,000, sedangkan untuk tahap penerimaan diri diketahui nilai p< 0,05 untuk tahap denial, anger, bargaining dan depresi,pada tahap acceptance menunjukan nilai p>0,05. Analisis ini menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna tahap penerimaan diri pada tahap denial, anger, bargaining dan depresi setelah diberikan kombinasi terapi cermin dan ROM dengan klien stroke yang diberikan terapi ROM saja. Kesimpulan: Rekomendasi penelitian ini adalah sebagai salah satu prosedur tetap suatu terapi dalam pemberian intervensi keperawatan di Rumah Sakit khususnya pada klien stroke iskemik dengan hemiparesis.