Hubungan Jangka Waktu Pemberian Antikoagulan Warfarin terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Penderita Atrial Fibrilasi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Atrial fibrilasi adalah kondisi terjadinya aritmia (kelainan ritme pada jantung) yang sering ditemukan pada praktek sehari-hari, ditandai aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi dengan baik dan berakibat hilangnya fungsi mekanik atrium (Gautam et al., 2013). Pada gambaran EKG, didapatkan adanya pol...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Khansa Dhea Salsabila, NIM011511133138
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/78238/1/FK%20PD%20185-18%20Sal%20h%20abstrak.pdf
http://repository.unair.ac.id/78238/2/FK%20PD%20185-18%20Sal%20h.pdf
http://repository.unair.ac.id/78238/
http://www.lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Atrial fibrilasi adalah kondisi terjadinya aritmia (kelainan ritme pada jantung) yang sering ditemukan pada praktek sehari-hari, ditandai aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi dengan baik dan berakibat hilangnya fungsi mekanik atrium (Gautam et al., 2013). Pada gambaran EKG, didapatkan adanya pola interval yang ireguler, tidak dijumpai gelombang P yang jelas, dan terdapat variasi pada interval antara dua gelombang aktivasi atrium, dengan kecepatan melebihi 450x/menit (Yuniadi Y, et. al, 2014). Pasien dengan atrial fibrilasi memiliki faktor risiko 5 kali lipat untuk terjadinya stroke iskemik (Yuniadi Y, et. al, 2014). Salah satu tatalaksana pada penderita atrial fibrilasi dengan risiko stroke adalah pemberian antikoagulan. Warfarin adalah suatu antikoagulan oral yang bekerja sebagai antagonis vitamin K (Poterucha & Goldhaber, 2016). Namun, warfarin dapat menyebabkan pembentukan kalsifikasi pembuluh darah. Penggunaan warfarin berasosiasi dengan peningkatan kalsifikasi sistemik, termasuk arteri koroner dan pembuluh darah perifer. Di sisi lain, hipertensi merupakan komorbid terbanyak pada penderita atrial fibrilasi. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya stroke (skor CHA2DS2-VASc) dan perdarahan (skor HAS-BLED) akibat penggunaan antikoagulan oral yang tidak dimonitoring dengan baik. Sehingga, pengukuran tekanan darah pada pasien atrial fibrilasi menjadi sangat penting (Kodani et al., 2016). Selain itu, kontrol tekanan darah yang memadai pada pasien AF juga penting, karena sering terjadi bersamaan dengan terapi antikoagulan kronis sebagai upaya untuk mengurangi risiko perdarahan intraserebral dan ekstraserebral (Widimsky, 2012). Desain penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada pasien atrial fibrilasi yang mendapatkan terapi antikoagulan warfarin. Jumlah subjek adalah 57 orang (Pria dan wanita; 22 dan 35 subjek), diambil secara total sampling pada tahun 2017 yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan data diambil secara retrospektif, dengan melihat tekanan darah sistolik dan diastolik pada setiap subjek penelitian melalui rekam medik pasien atrial fibrilasi. Penelitian dianalisis dengan uji Korelasi Pearson dengan α <0,05. Penelitian ini dilakukan pada pria dan wanita (50,23±11,64 tahun), didominasi oleh pasien berusia <65 tahun (89,5%) dan berjenis kelamin perempuan (61,4%). (89,5%). Adapun rerata jangka waktu terapi pada pasien atrial fibrilasi dengan warfarin adalah 25,87±17,98 bulan. Rerata tekanan darah yang diamati dalam 12 bulan terakhir sebesar 118,51±19,64 mmHg dengan rerata perubahan sebesar -1,70±14,77 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 80,29±13,27 mmHg dengan rerata perubahan sebesar -0,01±12,52 mmHg pada tekanan darah diastolic. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak ada hubungan antara jangka waktu terapi antikoagulan warfarin terhadap peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic (p>0,05), meskipun pada penelitian sebelumnya warfarin memberikan efek kalsifikasi pembuluh darah. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jangka waktu terapi warfarin terhadap peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien atrial fibrilasi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel seperti kadar kalsium dalam darah dan foto radiologi serta melakukan pengukuran tekanan darah secara langsung pada subjek penelitian untuk meningkatkan validitas data dan membuktikan bila didapatkan adanya kalsifikasi pembuluh darah.