HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN TIDUR DENGAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI SEKOLAH PAUD DAN TK KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA
Lima tahun pertama kehidupan adalah waktu yang kritis untuk pertumbuhan seorang anak. Masa ini juga sering disebut sebagai Masa Keemasan atau “Golden Age”. Penting bagi orangtua dan dokter untuk memperhatikan masa pertumbuhan anak pada tahap kehidupan ini dan mendeteksi dini secara cermat jika terda...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/79161/5/KKA%20KK%20FK.PD.189%2018%20Ros%20h.pdf http://repository.unair.ac.id/79161/2/KKA%20KK%20FK.PD.189%2018%20.pdf http://repository.unair.ac.id/79161/ http://repository.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Lima tahun pertama kehidupan adalah waktu yang kritis untuk pertumbuhan seorang anak. Masa ini juga sering disebut sebagai Masa Keemasan atau “Golden Age”. Penting bagi orangtua dan dokter untuk memperhatikan masa pertumbuhan anak pada tahap kehidupan ini dan mendeteksi dini secara cermat jika terdapat kelainan (Shorabi, Shorabi dan Tabrizi, 2015). Salah satu masalah pertumbuhan pada anak ialah overweight dan obesitas. Obesitas menjadi masalah kesehatan dunia karena obesitas di seluruh dunia telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980 hingga 2014. 41 juta anak di bawah usia 5 tahun kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2014 (WHO, 2016). Global Nutrition Report pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 17 negara di antara 117 negara yang mempunyai tiga gangguan pertumbuhan yaitu stunting, wasting (BB/TB < -2 SD), dan overweight pada balita (Kemenkes RI, 2016). Orang tua pada umumnya senang memiliki anak yang gemuk (Rombemba, Rombot dan Ratag, 2016).
Gangguan tidur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak melalui perubahan hormone. Salah satunya yaitu Growth Hormone (GH). GH akan mengalami peningkatan saat beberapa jam setelah tidur dalam terutama pada fase tidur NREM stadium II sampai IV (Hall, 2016). Seseorang yang mempunyai gangguan tidur seperti fragmentasi tidur, hipoksia, dan rendahnya tidur nyenyak non-rapid eye movement (REM) semuanya berkontribusi untuk mengurangi sensitivitas insulin (Spiegel, 2005). Kurang tidur juga akan meningkatkan hormon kortisol di sore hari pada hari berikutnya. Peningkatan ini cenderung meningkatkan perkembangan resistensi insulin, faktor risiko obesitas dan diabetes. Thyroid Stimulating Hormone (TSH) juga mengalami penurunan sekresi saat seseorang mempunyai durasi tidur yang pendek. Hal ini akan berdampak pada perubahan sekresi hormon tiroid (Cauter et al., 2005). Durasi tidur yang singkat juga akan mempengaruhi sekresi leptin ghrelin. Perbedaan leptin dan ghrelin ini cenderung meningkatkan nafsu makan. Hal ini juga akan memicu terjadinya overweight dan obesitas pada anak (Taheri et al., 2004). Oleh karena itu, studi ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan tidur dengan BB/TB dan IMT.
BB/TB dan IMT adalah indikator pertumbuhan pada anak khususnya untuk menilai overweight dan obesitas (Wang et al., 2018). Standar pertumbuhan anak WHO 2006 merekomendasikan BB/TB sebagai indikator untuk mengevaluasi wasting, dan merekomendasikan indeks massa tubuh (IMT/U) serta sebagai indikator untuk mengevaluasi overweight dan obesitas (WHO, 2008). Sementara di rekomendasi WHO terbaru merevisi indikator overweight dan obesitas untuk anak di bawah 5 tahun ialah BB/TB (WHO, 2018). Dalam studi sebelumnya, IMT banyak digunakan untuk mengevaluasi overweight dan obesitas terhadap gangguan tidur pada anak-anak di bawah 5 tahun (Pattinson et al., 2018; Ash dan Taveras, 2017; Pongcharoen et al., 2017; de Ruiter et al., 2016; Marfuah, Hadi dan Huriyati, 2013). Oleh karena itu, perlu untuk memperhatikan perbedaan dari dua indikator evaluasi pertumbuhan tersebut.
Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang bersifat analitik observasional. Anak berusia 3-5 tahun yang bersekolah di PAUD/TK di Kelurahan Kalijudan Surabaya diukur berat badan dan tinggi badan juga orang tua anak diminta mengisis Kuisioner SDSC yang menilai kebiasaan tidur pada anak. Nilai dan kategori z-score BB/TB dan IMT mengacu pada Standar WHO 2006 yang dihitung menggunakan aplikasi WHO Anthro. Analisis hubungan antara gangguan tidur dengan BB/TB dan IMT diukur dengan uji Mann-Whitney dan uji t sampel bebas.
Di antara 86 anak, didapatkan 65,12% mengalami gangguan tidur. Jenis yang paling banyak yaitu gangguan transisi tidur-bangun (24,42%) dan gangguan memulai dan mempertahankan tidur (13,96%). 66,28% anak berkategori BB/TB dan IMT/U normal. Rata-rata nilai BB/TB dan IMT/U pada anak yang mengalami gangguan tidur (M=-0,2730; -0,2207) lebih tinggi dibdaningkan anak yang tidak mengalami gangguan tidur (M=-0,6083; -0,5920). Pada uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikansi yang sama antara BB/TB dan IMT/U yaitu 0,226 (p>0,05). Pada uji t sampel bebas didapatkan nilai signifikansi 0,524 dan 0,490 (p>0,05), yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik.
Banyak limitiasi dari penelitian ini antara lain metode penelitian yang cross-sectional, beberapa faktor yang tidak ditentukan dalam pengkriteriaan sampel eksklusi serta faktor lain yang dapat mempengaruhi dan pengisian kuisioner oleh orang tua yang bersifat subjektif. Di masa yang akan datang diperlukan penelitian menggunakan metodologi yang objektif dan lebih akurat serta studi yang prospektif. |
---|