DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)

Studi ini bertujuan untuk memahami makna dari relasi antara etnis pendatang (Bugis) dengan etnis asli (Tidung) dan sesama etnis pendatang (Bugis, Jawa, dan Timor) dalam praktek-praktek keseharian masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik melalui pemanfaatan ruang-ruang relasi sebagai sarana menyatuk...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Muhammad Hairul Saleh, 071317047318
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Indonesian
Published: 2018
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/80343/1/ABSTRAK_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/2/FULLTEXT_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/3/JURNAL_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Indonesian
id id-langga.80343
record_format dspace
spelling id-langga.803432019-02-20T11:44:19Z http://repository.unair.ac.id/80343/ DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin) Muhammad Hairul Saleh, 071317047318 HM(1)-1281 Sociology Studi ini bertujuan untuk memahami makna dari relasi antara etnis pendatang (Bugis) dengan etnis asli (Tidung) dan sesama etnis pendatang (Bugis, Jawa, dan Timor) dalam praktek-praktek keseharian masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik melalui pemanfaatan ruang-ruang relasi sebagai sarana menyatukan perbedaan di antara mereka. Dengan menggunakan metode etnografi dan perspektif dialogisme Bakhtin, penelitian ini menemukan bahwa Pertama, etnis Bugis sebagai pendatang yang karena jumlahnya lebih banyak dan menguasai arena ekonomi, budaya, dan politik memiliki posisi yang lebih dominan terhadap etnis asli dan etnis pendatang lainnya di Pulau Sebatik. Sebagai kelompok yang dominan, etnis Bugis membuka ruang-ruang relasi antaretnis (ekonomi, politik, budaya, dan keagamaan) terhadap etnis Tidung sebagai etnis asli dan etnis-etnis lain dengan menempatkan mereka sebagai mitra dalam kehidupan masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik. Relasi antaretnis dalam ruang-ruang tersebut kemudian melahirnya sebuah “identitas baru” (new identity) sebagai warga perbatasan yang telah menghilangkan sekatsekat dan semangat kesukuan yang bisa memicu munculnya konflik antaretnis seperti yang pernah terjadi di Nunukan dan Tarakan. Perbedaan identitas etnis terikat dalam sebuah solidaritas warga perbatasan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI. Kedua, praktek sosiokultural dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik dapat dilihat dari terjalinnya hubungan timbal balik yang saling memberi manfaat di antara etnis (Tidung, Bugis, Timor, dan Jawa). Etnis Bugis membuka ruang relasi-koalisi dengan etnis asli (Tidung), sehingga tidak merasa terdesak oleh kehadiran mereka di Pulau Sebatik. Demikian pula halnya dengan etnis pendatang lain, etnis Bugis juga membuka ruang relasi sebagai sesama pendatang yang memiliki kesamaan tujuan. Mereka berusaha untuk menjaga harmoni dalam keberagaman melalui relasi-koalisi sebagai bentuk “pertahanan” di antara mereka. Perasaan senasib sebagai warga perbatasan yang tertinggal menjadi pemersatu dalam menyikapi perbedaan yang ada. Semakin kuatnya ikatan persatuan di antara etnis di Pulau Sebatik menciptakan kesadaran akan pentingnya posisi mereka sebagai masyarakat perbatasan di wilayah perbatasan antar negara. Sebuah masyarakat Pulau Sebatik yang memandang masyarakat Malaysia di seberang sebagai kompetitor atau “musuh” dalam persaingan kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia. Kesadaran sebagai “we are”, masyarakat Indonesia yang tidak terkotak-kotak dalam sentimen etnis memungkinkan mereka tetap mampu “menegakkan kepala” di hadapan negara lain, meski secara ekonomi masih terdapat ketergantungan dengan Tawau-Malaysia. 2018 Thesis NonPeerReviewed text id http://repository.unair.ac.id/80343/1/ABSTRAK_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf text id http://repository.unair.ac.id/80343/2/FULLTEXT_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf text id http://repository.unair.ac.id/80343/3/JURNAL_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf Muhammad Hairul Saleh, 071317047318 (2018) DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin). Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA. http://lib.unair.ac.id
institution Universitas Airlangga
building Universitas Airlangga Library
country Indonesia
collection UNAIR Repository
language Indonesian
Indonesian
Indonesian
topic HM(1)-1281 Sociology
spellingShingle HM(1)-1281 Sociology
Muhammad Hairul Saleh, 071317047318
DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
description Studi ini bertujuan untuk memahami makna dari relasi antara etnis pendatang (Bugis) dengan etnis asli (Tidung) dan sesama etnis pendatang (Bugis, Jawa, dan Timor) dalam praktek-praktek keseharian masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik melalui pemanfaatan ruang-ruang relasi sebagai sarana menyatukan perbedaan di antara mereka. Dengan menggunakan metode etnografi dan perspektif dialogisme Bakhtin, penelitian ini menemukan bahwa Pertama, etnis Bugis sebagai pendatang yang karena jumlahnya lebih banyak dan menguasai arena ekonomi, budaya, dan politik memiliki posisi yang lebih dominan terhadap etnis asli dan etnis pendatang lainnya di Pulau Sebatik. Sebagai kelompok yang dominan, etnis Bugis membuka ruang-ruang relasi antaretnis (ekonomi, politik, budaya, dan keagamaan) terhadap etnis Tidung sebagai etnis asli dan etnis-etnis lain dengan menempatkan mereka sebagai mitra dalam kehidupan masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik. Relasi antaretnis dalam ruang-ruang tersebut kemudian melahirnya sebuah “identitas baru” (new identity) sebagai warga perbatasan yang telah menghilangkan sekatsekat dan semangat kesukuan yang bisa memicu munculnya konflik antaretnis seperti yang pernah terjadi di Nunukan dan Tarakan. Perbedaan identitas etnis terikat dalam sebuah solidaritas warga perbatasan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI. Kedua, praktek sosiokultural dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perbatasan di Pulau Sebatik dapat dilihat dari terjalinnya hubungan timbal balik yang saling memberi manfaat di antara etnis (Tidung, Bugis, Timor, dan Jawa). Etnis Bugis membuka ruang relasi-koalisi dengan etnis asli (Tidung), sehingga tidak merasa terdesak oleh kehadiran mereka di Pulau Sebatik. Demikian pula halnya dengan etnis pendatang lain, etnis Bugis juga membuka ruang relasi sebagai sesama pendatang yang memiliki kesamaan tujuan. Mereka berusaha untuk menjaga harmoni dalam keberagaman melalui relasi-koalisi sebagai bentuk “pertahanan” di antara mereka. Perasaan senasib sebagai warga perbatasan yang tertinggal menjadi pemersatu dalam menyikapi perbedaan yang ada. Semakin kuatnya ikatan persatuan di antara etnis di Pulau Sebatik menciptakan kesadaran akan pentingnya posisi mereka sebagai masyarakat perbatasan di wilayah perbatasan antar negara. Sebuah masyarakat Pulau Sebatik yang memandang masyarakat Malaysia di seberang sebagai kompetitor atau “musuh” dalam persaingan kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia. Kesadaran sebagai “we are”, masyarakat Indonesia yang tidak terkotak-kotak dalam sentimen etnis memungkinkan mereka tetap mampu “menegakkan kepala” di hadapan negara lain, meski secara ekonomi masih terdapat ketergantungan dengan Tawau-Malaysia.
format Theses and Dissertations
NonPeerReviewed
author Muhammad Hairul Saleh, 071317047318
author_facet Muhammad Hairul Saleh, 071317047318
author_sort Muhammad Hairul Saleh, 071317047318
title DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
title_short DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
title_full DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
title_fullStr DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
title_full_unstemmed DIALOGISME MASYARAKAT TAPAL BATAS (Relasi Antara Etnis Bugis Dan Etnis Lain Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia : Perspektif Bakhtin)
title_sort dialogisme masyarakat tapal batas (relasi antara etnis bugis dan etnis lain di pulau sebatik perbatasan indonesia malaysia : perspektif bakhtin)
publishDate 2018
url http://repository.unair.ac.id/80343/1/ABSTRAK_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/2/FULLTEXT_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/3/JURNAL_Dis.S.08%2018%20Sal%20d.pdf
http://repository.unair.ac.id/80343/
http://lib.unair.ac.id
_version_ 1681151259569029120