ASPEK PRAGMATISME DALAM KEBIJAKAN PINTU TERBUKA JERMAN TERHADAP PENGUNGSI TIMUR TENGAH: SOLUSI GREY POPULATION
Pada tahun 2015, krisis pengungsi yang terjadi di Uni Eropa akibat terjadinya perang di Timur Tengah melatarbelakangi pengambilan kebijakan pintu terbuka Jerman. Kebijakan ini telah diterapkan sejak awal kedatangan pengungsi ke Uni Eropa dan tetap dipertahankan meskipun negara-negara Uni Eropa la...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
Published: |
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/82009/1/ABSTRAK_Fis.HI.06%2019%20Sal%20a.pdf http://repository.unair.ac.id/82009/2/FULLTEXT_Fis.HI.06%2019%20Sal%20a.pdf http://repository.unair.ac.id/82009/3/JURNAL_Fis.HI.06%2019%20Sal%20a.pdf http://repository.unair.ac.id/82009/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
Summary: | Pada tahun 2015, krisis pengungsi yang terjadi di Uni Eropa akibat terjadinya
perang di Timur Tengah melatarbelakangi pengambilan kebijakan pintu terbuka
Jerman. Kebijakan ini telah diterapkan sejak awal kedatangan pengungsi ke Uni
Eropa dan tetap dipertahankan meskipun negara-negara Uni Eropa lain mulai
menutup perbatasannya. Dalam perjalanannya, kebijakan pintu terbuka juga
menuai kontroversi dengan adanya kritik keras dari internal negara dan opini
negatif publik, namun kebijakan pintu terbuka tetap dipertahankan. Dengan
demikian, terdapat anomali dari keterbukaan sikap Jerman, dan keunikan tersebut
memunculkan pertanyaan terkait dasar legitimasi Jerman dalam mempertahankan
kebijakan pintu terbuka yang selama ini selalu menonjolkan sisi dan ide-ide
humanitarianisme. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha melihat aspek lain
dalam kebijakan pintu terbuka sebagai kebijakan luar negeri Jerman, yaitu aspek
pragmatisme berdasarkan konsiderasi persoalan demografi terkait grey population
yang berdampak negatif pada stabilitas dan prospek perekonomian Jerman. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode eksplanatif untuk menjelaskan motif
atau alasan yang mendasari Jerman dalam mengambil dan mempertahankan
kebijakan pintu terbuka. Penulis juga menggunakan kerangka pemikiran
kebijakan luar negeri dan migrasi serta imigran sebagai solusi grey population.
Berdasarkan metode dan kerangka pemikiran tersebut, penulis memiliki tesis
bahwa alasan Jerman mengambil dan mempertahankan kebijakan pintu terbuka
adalah sebagai solusi untuk membantu mengatasi persoalan grey population
dalam konteks demografi dan ekonomi. Kebijakan pintu terbuka dapat menjadi
solusi grey population melalui pemanfaatan pengungsi, yang termasuk imigran,
sebagai tenaga kerja produktif dan tax payer di Jerman. |
---|