ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANUKAN KULON PUSKESMAS JERUK DAN PUSKESMAS TAMBAK REJO KOTA SURABAYA

Latar Belakang: Perempuan setelah melahirkan fase yang disebut sebagai masa nifas yang terjadi antara 1 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah melahirkan dan membutuhkan pelayanan kesehatan berupa informasi dan konseling kesehatan untuk perawatan, deteksi dini dan penanganan kompli...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Aulia Riskitasari, NIM.: 011711223028
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:Indonesian
Indonesian
Indonesian
Indonesian
Published: 2019
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/83908/1/FK%20BID%2015_19%20Ris%20a_ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/83908/2/FK%20BID%2015_19%20Ris%20a_DAFTAR%20ISI.pdf
http://repository.unair.ac.id/83908/3/FK%20BID%2015_19%20Ris%20a.pdf
http://repository.unair.ac.id/83908/4/FK%20BID%2015_19%20Ris%20a_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://repository.unair.ac.id/83908/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: Indonesian
Indonesian
Indonesian
Indonesian
Description
Summary:Latar Belakang: Perempuan setelah melahirkan fase yang disebut sebagai masa nifas yang terjadi antara 1 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah melahirkan dan membutuhkan pelayanan kesehatan berupa informasi dan konseling kesehatan untuk perawatan, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama masa nifas (Hadijono, 2011). Sekitar 1000 wanita meninggal dunia setiap hari karena komplikasi akibat perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi dan penyakit lain pada saat kehamilan, persalianan dan nifas (WHO, 2011). Kemenkes RI (2010) menyatakan 50% ibu nifas di Indonesia memiliki serum retionol <20 μg/dl yang berisiko kebutaan pada anak dan infeksi sampai dengan kematian pada ibu. Pemerintah memiliki program pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) pada ibu nifas dengan target 100%, akan tetapi di Kota Surabaya cakupan pemberian vitamin A masih jauh dari target yaitu presentase terendah di Puskesmas Manukan Kulon (32,78%), Puskesmas Jeruk (57,52%) dan Puskesmas Tambak Rejo (58,41%) (DKK, 2018). Prilaku kesehatan dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor pemungkin (kebijakan pemerintah dan ketersediaan vitamin A), faktor predisposisi (sikap dan budaya) faktor penguat (dukungan keluarga/ suami, dukungan sarana, dukungan tenaga kesehatan) (Notoatmoodjo, 2010). Metode: Penelitian ini merupakan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan purposive sampling yaitu ibu yang telah melewati masa nifas sampai 6 bulan setelah melahirkan dengan jumlah 102 responden di wilayah kerja Puskesmas Manukan Kulon, Puskesmas Jeruk dan Puskesmas Tambak Rejo. Hasil: Hasil analisis bivariat dengan uji chi square- coefficient contingency didapatkan hasil yang berhubungan dengan konsumsi vitamin A yaitu variabel kualitas KIE ( p=0,000) dan dukungan suami (p= 0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan konsumsi vitamin A yaitu pengetahuan (p= 0,293) dan sikap (p= 0,922). Kesimpulan: Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manukan Kulon, Puskemas Jeruk dan Puskesmas Tambak Rejo adalah terdapat dua faktor yang berhubungan dengan tingkat konsumsi vitamin A pada ibu nifas yaitu kualitas KIE dan dukungan suami, dan terdapat dua faktor yang tidak berhubungan dengan konsumsi vitamin A pada ibu nifas yaitu pengatahuan dan sikap.