HUBUNGAN OVERWEIGHT DENGAN PREEKLAMSI DI RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2017

• Main Author: GITA PUSPITASARI, NIM011611133130
• Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
• Language: Indonesian; Indonesian; Indonesian; Indonesian
• Published: 2019
• Subjects: RG500-991 Obstetrics
• Online Access: http://repository.unair.ac.id/84770/1/FK.PD.%2042-19%20Pus%20h%20Abstrak.pdf; http://repository.unair.ac.id/84770/2/FK.PD.%2042-19%20Pus%20h%20Daftar%20Isi.pdf; http://repository.unair.ac.id/84770/3/FK.PD.%2042-19%20Pus%20h%20Daftar%20Pustaka.pdf; http://repository.unair.ac.id/84770/4/FK.PD.%2042-19%20Pus%20h.pdf; http://repository.unair.ac.id/84770/; http://lib.unair.ac.id
• Institution: Universitas Airlangga

Latar belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia jauh dari target Millenial Develompment Goal’s (MDGs). Salah satu penyebab AKI tinggi di Indonesia adalah preeklamsi. Preeklamsi menjadi penyebab kematian ibu tertinggi di Jawa Timur. Prevalensi preeklamsi di RSUD Dr. Soetomo tahun 2014 sebesar 32.48%. Angka kejadian preeklamsi dapat diturunkan dengan cara mengontrol faktor risiko preeklamsi. Overweight merupakan salah satu faktor risiko preeklamsi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan overweight dengan preeklamsi di RSUD Dr.Soetomo tahun 2017. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain kasus kontrol. Sampel penelitian diambil dengan cara pengacakan sederhana. Sampel yang dibutuhkan sebanyak 71 rekam medik kelompok kasus dan 71 rekam medik kelompok kontrol. Hasil: Karakteristik kelompok kasus dengan proporsi tertinggi adalah ibu hamil dengan usia 30-34 tahun (32,4%), usia gestasional 35-39 minggu (54,9%), BMI≥25 kg/m2 (85,9%), taksiran berat janin 3000-3499 gram (26,8%), multigravida (69%), jumlah janin tunggal (94,4%), dan tidak diabetes mellitus (94.4%). Hasil analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara overweight dengan preeklamsi (p<0,001; OR=5,06 95% CI [1,46-12,67]). Kesimpulan: Adanya hubungan antara overweight dengan preeklamsi di RSUD Dr. Soetomo tahun 2017 dengan risiko lima kali lebih besar.