TINDAKAN SOSIAL DAN RELIGUISITAS PEREMPUAN BERCADAR (STUDI DI SURABAYA, GRESIK, DAN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR)

Perempuan bercadar mendapatkan perhatian khusus dalam masyarakat heterogen bahkan juga golongan Agama Islam sendiri, terlebih setelah peristiwa terorisme yang menyeret agama Islam dalam aksinya, sehingga terbentuk suatu konstruksi sosial yang mengidentifikasi perempuan bercadar sebagai seorang ya...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: NURUL ISTIKA, 071511433050
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
English
English
Indonesian
English
Published: 2019
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/87327/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.unair.ac.id/87327/2/DAFTAR%20ISI.pdf
http://repository.unair.ac.id/87327/3/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://repository.unair.ac.id/87327/4/Fis%20S%2033%2019%20Ist%20t.pdf
http://repository.unair.ac.id/87327/5/JURNAL%20%28Nurul%20Istika-071511433050%29.pdf
http://repository.unair.ac.id/87327/
http://lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
English
English
Indonesian
English
Description
Summary:Perempuan bercadar mendapatkan perhatian khusus dalam masyarakat heterogen bahkan juga golongan Agama Islam sendiri, terlebih setelah peristiwa terorisme yang menyeret agama Islam dalam aksinya, sehingga terbentuk suatu konstruksi sosial yang mengidentifikasi perempuan bercadar sebagai seorang yang radikal, fundamentalis, ataupun ekstrimis. Seiring menjadi kontroversi, keberadaan perempuan bercadar justru semakin sering dijumpai di lingkungan sosial maupun media sosial. Paradigma definisi sosial dalam studi ini berupaya membahas perempuan bercadar pada realitas makna yang membuat mereka mampu bertahan di tengah situasi kontroversial. Teori yang digunakan adalah tindakan sosial (Max Weber) dan dilanjutkan pada analisis dimensi religiusitas (Charles Y. Glock & Rodney Stark). Informan ditentukan dari ketentuan kriteria khusus, kemudian dilanjutkan secara snowball, sehingga ditemukan 12 informan subjek dan non subjek. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menemukan tiga hal. Pertama, keputusan bercadar yang orientasinya datang dari afektual dalam meneladani figur bercadar (ide eksternal) memaknai cadar dari sisi mode berbusana (makna fisik), sehingga menempatkan religiusitas cadar pada dimensi intelektual, dimana aktor mendefinisikan cadar sebatas pada pengetahuan yang ia miliki. Kedua, keputusan bercadar yang orientasinya datang dari transisi masa lalu yang kelam (ide internal) memaknai cadar sebagai simbol hijrah kehidupan (makna non fisik), sehingga demikian menempatkan religiusitas cadar pada dimensi eksperiensial, dimana aktor mendefinisikan cadar dari pengalamannya. Ketiga, keputusan bercadar yang orientasinya datang dari kapasitas ilmu agama (ide internal) akan memaknai cadar sebagai wujud ketaatan terhadap syariat agama (makna religi), sehingga menempatkan religiusitas cadar pada dimensi konsekuensi, dimana aktor mendefinisikan cadar dengan kompleksitas pemahaman.