FAKTOR BUDAYA STRATEGIS DALAM KEBIJAKAN PENGGUNAAN MILISI BASIJ IRAN DALAM PERANG SIPIL SURIAH 2011 – 2016
Revolusi Iran tahun 1979 menjadi sebuah titik balik terhadap dinamika politik, budaya, dan sosial yang ada di Iran. Pemimpin revolusi, Khomeini, ingin Iran menjadi negara mandiri secara militer, salah satunya adalah membentuk milisi yang disebut Basij e-Mustafasin. Basij adalah milisi yang loyal...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed |
Language: | English English English Indonesian Indonesian |
Published: |
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/87524/1/ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/87524/2/DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/87524/3/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/87524/4/FIS%20HI%2056%2019%20Fal%20f.pdf http://repository.unair.ac.id/87524/6/artikel_detail-245386-Artikel%2520Terpublikasi-Faktor%2520Budaya%2520Strategis%2520Dalam%2520Kebijakan%2520Penggunaan%2520Milisi%2520Basij%2520Iran%2520dalam%2520Perang%2520Sipil%25%5B1%5D.html http://repository.unair.ac.id/87524/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | English English English Indonesian Indonesian |
Summary: | Revolusi Iran tahun 1979 menjadi sebuah titik balik terhadap dinamika politik,
budaya, dan sosial yang ada di Iran. Pemimpin revolusi, Khomeini, ingin Iran
menjadi negara mandiri secara militer, salah satunya adalah membentuk milisi yang
disebut Basij e-Mustafasin. Basij adalah milisi yang loyal terhadap Ayatollah yang
terdiri dari masyarakat sipil. Basij telah begitu aktif terlibat dalam berbagai macam
konflik yang melibatkan kepentingan Iran, seperti perang Irak-Iran 1980, perang
Lebanon 2006, hingga perang sipil Suriah 2011. Menurut Paul Bucala (2017),
penggunaan milisi Basij Iran dalam Perang Sipil Suriah yang terjadi dinilai tidak
efektif, menghabiskan dana dan memunculkan korban yang cukup banyak, selain
itu terdapat sebuah anomali dimana milisi yang seharusnya digunakan untuk
bertahan di dalam teritorial negara (Calder, 1910). Namun hal ini tidak membuat
Ali Khameini sebagai pemimpin agung untuk meminimalisir penggunaan milisi
Basij pada Perang Sipil Suriah. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat
konsistensi serta peningkatan dalam penggunaan milisi Basij dikarenakan budaya
strategis yang mengakar dalam kultur militer Iran yaitu exporting sectarianism dan
ideological army mobilization yang di sebutkan oleh Kamran Taremi (2014).
Melalui hal tersebut peneliti akan menggunakan kerangka pemikiran Ole Waever
tentang konstruksi sejarah sebagai identitas utama dari budaya strategis. Peneliti
juga menggunakan kerangka beprikir militerisasi sipil oleh Julian Schofield (2007)
untuk melihat fenomena milisi yang ada di Iran. Laporan penelitian ini kemudian
menunjukkan bahwa adanya sebuah penyerapan pemahaman kolektif budaya
strategis dalam perumusan kebijakan luar negeri Iran khususnya dalam bidang
militer. |
---|