PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK ANTARA FENTANYL DENGAN KOMBINASI FENTANYL LIDOKAIN SEBAGAI AJUVAN PADA INTUBASI ENDOTRAKEAL
LATAR BELAKANG: Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan peningkatan rangsang simpatis melalui saraf laryngeus superior dan saraf laryngeus reccurent. Peningkatan rangsang simpatis menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan hormon adrenalin dan noradrenalin sehingga terjadi peningkatan...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian Indonesian |
Published: |
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/91921/1/PPDS.AT.%2036-19%20Pra%20p%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/91921/2/PPDS.AT.%2036-19%20Pra%20p%20DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/91921/3/PPDS.AT.%2036-19%20Pra%20p%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/91921/4/PPDS.AT.%2036-19%20Pra%20p.pdf http://repository.unair.ac.id/91921/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian Indonesian |
Summary: | LATAR BELAKANG: Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan peningkatan
rangsang simpatis melalui saraf laryngeus superior dan saraf laryngeus reccurent. Peningkatan
rangsang simpatis menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan hormon adrenalin dan
noradrenalin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, denyut jantung
TUJUAN: Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan antara pemberian fentanyl
intravena dengan kombinasi lidokain 2% intravena, fentanyl untuk mengendalikan respon
hemodinamik akibat intubasi endotrakeal.
METODE: Empat puluh dua pasien, PS ASA I-II, yang memenuhi kriteria inklusi,
Pengelompokkan dilakukan secara acak dengan cara undian sederhana. Kelompok A termasuk
kelompok yang mendapatkan fentanyl 2 mcg/kgbb diencerkan dengan 0,9% Nacl 10ml dan
placebo berisi 0,9% NaCl 10ml dan kelompok B yang mendapakan fentanyl 1 mcg/kgbb
diencerkan dengan 0,9% NaCl sampai 10ml dan obat lidocaine 2% 1,5 mg/kgBB diencerkan
dengan 0,9% NaCl sampai 10ml. Induksi dilakukan menggunakan fentanil sesuai kelompok, spuit
10ml dengan stiker obat penelitian A/B, propofol 2 mg/kgBB, dan atrakurium 0,5 mg/kgBB.
Kemudian, dilakukan intubasi ETT jenis low pressure high volume memakai ukuran berdasar atas
jenis kelamin (pria ukuran 7,5 fr, wanita ukuran 7 fr). Balon ETT diisi dengan udara sampai tidak
ada kebocoran pada saat pemberian ventilasi positif. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan
memberikan isoflurance 1,5 vol%.Setelah obat pelumpuh otot bereaksi, dilakukan laringoskopi
dan intubasi, dihitung 5 menit setelah obat ajuvan dimasukkan. Pengukuran tekanan darah, MAP
dan nadi dievaluasi bertahap pada saat pasien masuk ruang operasi sebagai baseline, sebelum
pemberian obat, menit ke-3 sebelum intubasi, saat pemberian obat dan menit ke-1, 3 dan 5 setelah
dilakukan intubasi.
HASIL: Perubahan tekanan darah sistolik bermakna pasa menit ke-1,3 dan 5 pada kedua
kelompok tidak bermakna dan diastolic pada menit ke-5 terjadi penurunan 15.62±8.83 pada kelompok fentanyl dan kelompok kombinasi fentanyl lidokain nilai rerata 12.33±9.87 dengan p
0.205. Penurunan mean Arterial Pressure (MAP) dimana nilai rerata 4.86 ±16.36 pada menit ke
1 pada kelompok fentanyl dan didapatkan peningkatan mean Arterial Pressure (MAP) dimana
nilai rerata 3.33 ±13.99 pada menit ke-1 pada kelompok kombinasi fentanyl lidokain dengan p
0.068 dimana secara statistik tidak memiliki perbedaan bermakna (p > 0.05). Penurunan nadi pada
menit ke-3 dan 5 dimana nilai rerata pada kelompok fentanyl 2.29±10.87 dan kelompok kombinasi
fentanyl lidokain 5.09±10.28 didapatkan perbedaan bermakna pada perubahan nadi. Penggunaan
obat rescue (efedrin dan SA) pada kelompok fentanyl sebesar 9.52% dan pada kelompok
kombinasi fentanyl lidokain tidak. Penggunaan ajuvan fentanyl saja hampir 2 kali lipat dalam
harga dibandingkan dengan kombinasi dari fentanyl dan lidokain.
KESIMPULAN: Lidokain 2% dan Fentanyl 1 μg/kgBB dapat mengurangi nyeri pada saat intubasi
endotrakeal, dan keefektifan pemberian tersebut tergantung dari waktu pada saat pemberian,
sehingga kedua obat tersebut dapat bekerja tepat memberikan efek analgesia saat intubasi
dilakukan. Fentanyl yang diencerkan dan diberikan dengan kecepatan injeksi efektif dalam
mengurangi respon batuk, tetapi dapat digunakan dengan memberikan sebelumnya obat pra
perlakuan seperti pada kombinasi lidokain 2% dan fentanyl. |
---|