Komodifikasi Ritual Adat Balia dalam Globalisasi: Studi Kasus Festival Pesona Palu Nomoni di Kota Palu
Tulisan ini menyoroti hubungan antara perkembangan pariwisata dengan kebudayaan suatu komunitas adat yang berjuang untuk eksis di era globalisasi, mengingat dampak-dampaknya yang tidak hanya ramah tetapi juga memuramkan budaya dan identitas suatu komunitas. Salah satu pintu masuk yang paling rawa...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | English English English Indonesian |
Published: |
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/93117/1/THI%2012%2019%20Nat%20k%20ABSTRAK.pdf http://repository.unair.ac.id/93117/2/THI%2012%2019%20Nat%20k%20DAFTAR%20ISI.pdf http://repository.unair.ac.id/93117/3/THI%2012%2019%20Nat%20k%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.unair.ac.id/93117/4/THI%2012%2019%20Nat%20k.pdf http://repository.unair.ac.id/93117/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | English English English Indonesian |
Summary: | Tulisan ini menyoroti hubungan antara perkembangan pariwisata dengan kebudayaan suatu
komunitas adat yang berjuang untuk eksis di era globalisasi, mengingat dampak-dampaknya
yang tidak hanya ramah tetapi juga memuramkan budaya dan identitas suatu komunitas. Salah
satu pintu masuk yang paling rawan membawa masuk pengaruh-pengaruh globalisasi adalah
sektor pariwisata, karena sektor ini berhubungan erat dengan kebutuhan rekreasi dan
intrapersonal masyarakat dunia. Indonesia menawarkan banyak kegiatan budaya seperti atraksi
budaya, festival, dan karnaval untuk menyambut kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara,. Kegiatan budaya yang menjadi fokus penelitian ini adalah Festival Pesona Palu
Nomoni, yang mengusung Ritual Balia sebagai produk budaya unggulan. Namun, strategi
pemerintah daerah dalam mengelolah Ritual Balia dapat menggerus nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya karena adanya upaya komodifikasi budaya dan indigenous capitalism. Dalam upaya
mengejar aktualisasi ekonomi melalui sektor pariwisata, pemerintah Kota Palu menerapkan
community based tourism yang dapat memberikan dampak ekonomi terhadap pendapatan daerah.
Namun, dalam praktiknya CBT melanggengkan upaya komodifikasi untuk memberikan tontonan
yang menarik dan ramah kepada wisatawan melalui seni pertunjukan. Seni pertunjukan Balia
dalam FPPN mengalami banyak perubahan diantaranya pemandatan ritus, pemadatan waktu,
hingga modifikasi gerakan tarian dalam ritual. Hal ini berperangaruh pada ameliorasi nilai
kearifan lokal yang terkandung dalam upacara keadatan suku Kaili. Pemerintah Kota Palu
bermitra dengan DKP dan tokoh adat yang memiliki afiliasi kesukuan dalam menjembatani
program pemerintah dalam sektor pariwisata kepada masyarakat adat yang akan “dipekerjakan”
sebagai pelaku ritual adat dalam FPPN. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
CBT tidak selalu ramah, penerapannya melanggengkan praktik komodifikasi dan upaya
indigenous capitalism yang tentu menjadi tantangan bagi local culture masyarakat adat Kaili, hal
ini diperparah karena adanya kompromi masyarakat adat terhadap berbagai upaya pemerintah
untuk mengomoditikan segenap produk budaya dan komunitas adat itu sendiri untuk kepentingan
pengembangan sektor pariwisata. |
---|