Strategi Coping Stress Pasca Perceraian Ibu Tunggal Yang Bekerja
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika stress pasca perceraian dan strategi coping yang digunakan ibu tunggal yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang. Ketiga partisipan menjadi...
Saved in:
Summary: | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika stress pasca perceraian dan strategi coping yang digunakan ibu tunggal yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang. Ketiga partisipan menjadi ibu tunggal akibat bercerai dengan suami dan memiliki hak asuh penuh atas anak mereka. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan pemberian kuesioner gejala stress.
Hasil penelitian menunjukan dinamika stress pada ibu tunggal melibatkan gejala stress, sumber stress, dan respon terhadap stress. Pasca bercerai dengan suami ibu tunggal menunjukan gejala stress berupa meningkatnya tekanan darah, mudah marah, sering menunda pekerjaan, perubahan pola makan, peningkatan pola konsumsi rokok, dan gangguan tidur. Sumber stress pada ketiga partisipan adalah hadirnya ‘orang ketiga’ dalam rumah tangga mereka. Respon terhadap stress yang ditunjukan ketiga partisipan adalah anxiety, anger and aggression, dan cognitive impairment. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan penghayatan emosi terhadap stressor perceraian antar ibu tunggal. Partisipan 1 dan 3 memiliki penghayatan emosi yang cenderung negatif terhadap perceraiannya dan menganggap stressor tersebut sebagai traumatic event. Sedangkan partisipan 2 memiliki penghayatan emosi yang positif terhadap perceraiannya dan hanya menganggap stressor minor sehingga bisa cepat bangkit dari keterpurukan. Coping stress pasca perceraian yang dilakukan ibu tunggal yang bekerja meliputi planfull problem solving, confrontative, seeking for social support, distance, escape/avoidance, positive reappraisal, self-control, dan acceptance responsibility. Dari hasil penelitian ini ditemukan pula kompleksitas stressor pada partisipan yang menyebabkan multiple stress. Temuan ini berbanding lurus dengan penelitian Chinaveh (2013) dimana individu yang gagal mengatasi tekanan-tekanan akan mengalami kelelahan mental dan fisik atau terserang penyakit. |
---|