Libya After Responsibility to Protect: The Failure of Nato and External Actors State Building Intervention

Dalam kesempatan dan dorongan momen Arab Spring, rakyat Libya memberontak melawan rezim Kolonel Muammar Al Gathafi yang telah berusia 42 tahun dan penuh dengan pembatasan hak politik yang ketat, kurangnya kebebasan sipil, penggunaan teror dan kekerasan terhadap oposisi, bahkan pelanggaran atas hak a...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Retno Puspita Ningtyas
Format: Theses and Dissertations NonPeerReviewed
Language:English
Indonesian
English
English
English
English
English
English
Published: 2020
Subjects:
Online Access:http://repository.unair.ac.id/96787/1/1.%20COVER.pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/2/2.%20ABSTRACT.pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/3/3.%20CHAPTER%20I%20INTRODUCTION.pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/4/4.%20CHAPTER%20II%20R2P%20IN%20LIBYA....pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/5/5.%20CHAPTER%20III%20LIBYA%20AFTER%20R2P....pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/6/6.%20CHAPTER%20IV%20THE%20FAILURE%20OF....pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/7/7.%20CHAPTER%20V%20CONCLUSION.pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/8/8.%20REFERENCES.pdf
http://repository.unair.ac.id/96787/
http://www.lib.unair.ac.id
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Airlangga
Language: English
Indonesian
English
English
English
English
English
English
Description
Summary:Dalam kesempatan dan dorongan momen Arab Spring, rakyat Libya memberontak melawan rezim Kolonel Muammar Al Gathafi yang telah berusia 42 tahun dan penuh dengan pembatasan hak politik yang ketat, kurangnya kebebasan sipil, penggunaan teror dan kekerasan terhadap oposisi, bahkan pelanggaran atas hak asasi manusia. Arab Spring yang sebelumnya tampak damai, telah menjadi penuh dengan kekerasan antara pemerintah dan warga sipil, mengakibatkan urgensi bagi masyarakat internasional untuk bertindak. Komunitas internasional mengutuk tindakan Gathafi. Melalui Resolusi 1970 dan 1973, bahasa intervensi di bawah paying norma Responsibility to Protect digunakan dalam upaya untuk menghentikan kekejaman massa yang dilakukan rezim Gathafi. Namun, intervensi yang dilakukan melalui R2P menempatkan Libya ke dalam situasi yang lebih kacau kacau. Sebagaimana dibuktikan oleh fokus berlebihan kekuatan militer oleh NATO dan aktor-aktor eksternal lain yang terlibat, sulit bagi Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai pemerintah de facto yang baru untuk mendapatkan pengaruh politik secara total di Libya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membedah alasan di balik kegagalan intervensi R2P dalam membangun kembali situasi politik Libya, namun berhasil menjadi sukses dalam tindakan militer dan mengakhiri rezim Gathafi dalam proses tersebut.