Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara
Berbagai bentuk kekerasan di sekolah semakin banyak diberitakan di berbagai media massa.Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid sesungguhnya potensial menyebabkan permusuhan, pengucilan, pengabaian, penindasan dan ketidakadilan. Bila anak didik terbiasa menerima berbagai bentuk kekerasan, ma...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book Section PeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
Published: |
Universitas Alrlangga bekerjasama dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita / Gender dan Anak se Indonesia (ASWGI)
2015
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/97467/2/16A_Kekerasan%20di%20Sekolah%20Paradoks.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/1/16_HASIL%20PEER%20DAN%20VALIDASI%20KADEP%20KARIL%20BU%20TUTI.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/3/16T_Upaya_Membangun_Generasi_Muda_Berkarakter_Adil_dan_Setara.pdf.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian Indonesian |
id |
id-langga.97467 |
---|---|
record_format |
dspace |
spelling |
id-langga.974672020-08-18T10:31:37Z http://repository.unair.ac.id/97467/ Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara Tuti Budirahayu HM Sociology HV1421-1441 Young adults. Youth. Teenagers Berbagai bentuk kekerasan di sekolah semakin banyak diberitakan di berbagai media massa.Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid sesungguhnya potensial menyebabkan permusuhan, pengucilan, pengabaian, penindasan dan ketidakadilan. Bila anak didik terbiasa menerima berbagai bentuk kekerasan, maka perilaku yang ditampilkan dalam relasi sosialnya antara lain adalah rasa rendah diri, putus asa, menarik diri dari pergaulan, atau bahkan sebaliknya menjadi pemberontak dan pembuat masalah di sekitarnya. Tulisan ini bermaksud menunjukkan bahwa kekerasan dan ketidakadilan yang dialami anak-anak di sekolahseringkali terjadi dalam proses belajar-mengajar di kelas maupun di lingkungan sekolah.Data atau informasi yang digunakan dalam tulisan ini diambil dari hasil penelitian tentang kekerasan yang dialami siswa-siswa di Sekolah Dasar dengan karakteristik yang berbeda, khususnya yang berkaitan dengan proses pendidikan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Layanan pendidikan yang diterima siswa di sekolah unggulan dan nonunggulan cenderung berbeda, di mana perbedaan tersebut berkonsekuensi pada kesenjangan fasilitas pendidikan yang dapat dinikmati murid. (2) Iklim akademik yang berbeda di sekolah unggulan dan nonunggulan, membawa konsekuensi pada perbedaan bentuk-bentuk penghargaan dan hukuman yang dialami siswa di masing-masing sekolah, di mana penghargaan lebih sedikit diberikan kepada murid-murid di sekolah nonunggulan dibandingkan dengan hukumannya. Terbukti, cukup banyak siswa yang seringkali mendapatkan hukuman fisik dan verbal (yang terkategori sebagai bentuk kekerasan pada anak) untuk berbagai bentuk pelanggaran yang mereka lakukan. Sedikitnya penghargaan guru terhadap siswa, dan sebaliknya seringnya siswa mendapat hukuman atau kekerasan fisik, menunjukkan adanya tindakan atau perlakuan yang diskriminatif dari para guru terhadap murid-muridnya. Artinya, guru-guru di sekolah nonunggulan cenderung tidak menghargai eksistensi dan hak-hak murid. Universitas Alrlangga bekerjasama dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita / Gender dan Anak se Indonesia (ASWGI) 2015 Book Section PeerReviewed text id http://repository.unair.ac.id/97467/2/16A_Kekerasan%20di%20Sekolah%20Paradoks.pdf text id http://repository.unair.ac.id/97467/1/16_HASIL%20PEER%20DAN%20VALIDASI%20KADEP%20KARIL%20BU%20TUTI.pdf text id http://repository.unair.ac.id/97467/3/16T_Upaya_Membangun_Generasi_Muda_Berkarakter_Adil_dan_Setara.pdf.pdf Tuti Budirahayu (2015) Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara. In: Konferensi Nasional Sosiologi "Perempuan Membangun Bangsa Menuju Perubahan yang Bermakna". Universitas Alrlangga bekerjasama dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita / Gender dan Anak se Indonesia (ASWGI), Surabaya, pp. 298-313. ISBN 978-602-7037-3-8 |
institution |
Universitas Airlangga |
building |
Universitas Airlangga Library |
country |
Indonesia |
collection |
UNAIR Repository |
language |
Indonesian Indonesian Indonesian |
topic |
HM Sociology HV1421-1441 Young adults. Youth. Teenagers |
spellingShingle |
HM Sociology HV1421-1441 Young adults. Youth. Teenagers Tuti Budirahayu Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
description |
Berbagai bentuk kekerasan di sekolah semakin banyak diberitakan di berbagai media massa.Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid sesungguhnya potensial menyebabkan permusuhan, pengucilan, pengabaian, penindasan dan ketidakadilan. Bila anak didik terbiasa menerima berbagai bentuk kekerasan, maka perilaku yang ditampilkan dalam relasi sosialnya antara lain adalah rasa rendah diri, putus asa, menarik diri dari pergaulan, atau bahkan sebaliknya menjadi pemberontak dan pembuat masalah di sekitarnya. Tulisan ini bermaksud menunjukkan bahwa kekerasan dan ketidakadilan yang dialami anak-anak di sekolahseringkali terjadi dalam proses belajar-mengajar di kelas maupun di lingkungan sekolah.Data atau informasi yang digunakan dalam tulisan ini diambil dari hasil penelitian tentang kekerasan yang dialami siswa-siswa di Sekolah Dasar dengan karakteristik yang berbeda, khususnya yang berkaitan dengan proses pendidikan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Layanan pendidikan yang diterima siswa di sekolah unggulan dan nonunggulan cenderung berbeda, di mana perbedaan tersebut berkonsekuensi pada kesenjangan fasilitas pendidikan yang dapat dinikmati murid. (2) Iklim akademik yang berbeda di sekolah unggulan dan nonunggulan, membawa konsekuensi pada perbedaan bentuk-bentuk penghargaan dan hukuman yang dialami siswa di masing-masing sekolah, di mana penghargaan lebih sedikit diberikan kepada murid-murid di sekolah nonunggulan dibandingkan dengan hukumannya. Terbukti, cukup banyak siswa yang seringkali mendapatkan hukuman fisik dan verbal (yang terkategori sebagai bentuk kekerasan pada anak) untuk berbagai bentuk pelanggaran yang mereka lakukan. Sedikitnya penghargaan guru terhadap siswa, dan sebaliknya seringnya siswa mendapat hukuman atau kekerasan fisik, menunjukkan adanya tindakan atau perlakuan yang diskriminatif dari para guru terhadap murid-muridnya. Artinya, guru-guru di sekolah nonunggulan cenderung tidak menghargai eksistensi dan hak-hak murid. |
format |
Book Section PeerReviewed |
author |
Tuti Budirahayu |
author_facet |
Tuti Budirahayu |
author_sort |
Tuti Budirahayu |
title |
Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
title_short |
Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
title_full |
Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
title_fullStr |
Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
title_full_unstemmed |
Kekerasan di Sekolah: Paradoks bagi Upaya Membangun Generasi Muda Berkarakter Adil dan Setara |
title_sort |
kekerasan di sekolah: paradoks bagi upaya membangun generasi muda berkarakter adil dan setara |
publisher |
Universitas Alrlangga bekerjasama dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita / Gender dan Anak se Indonesia (ASWGI) |
publishDate |
2015 |
url |
http://repository.unair.ac.id/97467/2/16A_Kekerasan%20di%20Sekolah%20Paradoks.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/1/16_HASIL%20PEER%20DAN%20VALIDASI%20KADEP%20KARIL%20BU%20TUTI.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/3/16T_Upaya_Membangun_Generasi_Muda_Berkarakter_Adil_dan_Setara.pdf.pdf http://repository.unair.ac.id/97467/ |
_version_ |
1681153810624413696 |