KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN PERKEMBANGAN ENDAPAN TRAVERTIN DI DAERAH SIPOHOLON KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

Travertin Sipoholon merupakan salah satu travertin besar di Indonesia. Travertin dijumpai di beberapa tempat seperti SiRia-ria, Sitompul, dan Sipahutar. Travertin siRia-ria berasosiasi dengan mata air panas aktif sedangkan travertin Sitompul-Sipahutar berasosiasi dengan mata air panas yang kecil....

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Dani Mardiati, Dani Mardiati, Agung Harijoko, Agung Harijoko
Format: Article PeerReviewed
Language:English
Published: Jurusan Teknik Geologi 2014
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/135158/1/606-617%20M3P-02.pdf
https://repository.ugm.ac.id/135158/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Language: English
Description
Summary:Travertin Sipoholon merupakan salah satu travertin besar di Indonesia. Travertin dijumpai di beberapa tempat seperti SiRia-ria, Sitompul, dan Sipahutar. Travertin siRia-ria berasosiasi dengan mata air panas aktif sedangkan travertin Sitompul-Sipahutar berasosiasi dengan mata air panas yang kecil. Travertin terbentuk sebagai akibat dari pengendapan air geotermal yang kaya akan ion bikarbonat. Penelitian travertin di Sipoholon dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineralogi dan perkembangan travertin daerah tersebut. Lokasi penelitian dibagi menjadi dua yakni SiRia-ria dan Sitompul-Sipahutar. SiRia-ria merupakan teras-teras travertin dengan luas 250 x 250 m 2 . Keduanya dibedakan dari temperatur dan ukuran mineral. SiRia-ria mempunyai ukuran butir mineral yang lebih besar dengan suhu yang lebih tinggi dibandingkan Sitompul-Sipahutar. Berdasarkan analisis petrografi dan XRD travertin di kedua tempat tersusun atas mineral kalsit dan aragonit. Analisis SEM menunjukkan bahwa kalsit penyusun travertin Sipoholon mempunyai bentuk equan, trigonal, dengan porositas yang besar dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, pada permukaan kalsit ditemukan adanya Cyanobacteria phormidium yang membentuk filamen. Sedangkan mineral aragonit mempunyai bentuk yang meruncing menyerupai jarum dan ortorombik dengan ukuran kristal 5-20µm. Setelah diendapkan travertin kemudian mengalami proses rekristalisasi. Rekristalisasi tersebut dipengaruhi oleh proses diagenesis yang dipicu oleh struktur geologi. Ukuran kristal kalsit yang halus lebih mudah larut dalam air. Kemudian larutan menjadi jenuh dan mengendapkan kalsit sebagai semen diantara pori-pori mineral. Sehingga rongga mineral terisi dan terjadi proses rekristalisasi. Terdapat setidaknya tiga macam bentuk rekristalisasi di Sipoholon, yakni rekristalisasi travertin berlapis, rekristalisasi di sepanjang rekahan, dan rekristalisasi di dalam gua. Kalsit pada travertin rekristalisasi memiliki bentuk memanjang dan radier. Serta memiliki orientasi mineral yang saling sejajar dan saling tumbuh mengikuti rekahan. Berdasarkan analisis isotop di ketahui bahwa travertin Sipoholon berdasarkan CO2 pembawanya merupakan travertin termogen dimana CO2 berasal dari proses termal dalam bumi. Stratigrafi stravertin menumpang diatas tuf Toba, sehingga travertin Sipoholon diinterpretasikan terbentuk kurang dari 74.000 tahun yang lalu. Kata kunci : Travertin, Karakteristik Mineralogi, Kalsit, Aragonit, Rekristalisasi, Diagenesis. Pendahuluan