PENGUKURAN GEOLISTRIK PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI KOTA SEMARANG UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR

Kota Semarang merupakan kota dengan morfologi yang cukup bervariasi, sehingga berdampak langsung pada potensi terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah selain dipicu oleh faktor geogen meliputi litologi, kelerengan, serta struktur geologi, juga oleh faktor antrophogen yaitu c...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Putranto, T.T. at. al, at. al
Format: Article PeerReviewed
Language:English
Published: Departmen Teknik Geologi 2015
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/135421/1/GEO22%20PENGUKURAN%20GEOLISTRIK%20PADA%20DAERAH%20RAWAN%20GERAKAN%20TANAH%20DI%20KOTA%20SEMARANG%20UNTUK%20IDENTIFIKASI%20BIDANG%20GELINCIR.pdf
https://repository.ugm.ac.id/135421/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Language: English
Description
Summary:Kota Semarang merupakan kota dengan morfologi yang cukup bervariasi, sehingga berdampak langsung pada potensi terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah selain dipicu oleh faktor geogen meliputi litologi, kelerengan, serta struktur geologi, juga oleh faktor antrophogen yaitu curah hujan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui resistivitas batuan, macam litologi serta kedalaman bidang gelincir pada masing-masing daerah rawan gerakan tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran resistivitas batuan pada 20 titik rawan gerakan tanah di Kota Semarang berdasarkan tingkat klasifikasi kerawanannya. Pengukuran geolistrik menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan total bentangan 50 m, kemudian dianalisis menggunakan metode matching curve dan divalidasi nilai Root Mean Square menggunakan perangkat lunak Progress 3.0 untuk mengetahui nilai resistivitas batuan sebenarnya, jenis litologi serta kedalaman bidang gelincir. Dari hasil analisis geolistrik didapatkan 7 (tujuh) variasi batuan berdasarkan nilai resistivitasnya, yaitu breksi (101-1.000 Ωm), lava (1.001-3.000 Ωm), batupasir tuffan (51-100 Ωm), tuff (20-50 Ωm), batulempung (1-50 Ωm), batupasir (51-100 Ωm), dan batugamping (101-1000 Ωm). Kehadiran batulempung diidentifikasi sebagai bidang gelincir. Selain itu dari penelitian ini didapat 6 (enam) titik rawan gerakan tanah yang memiliki bidang gelincir, diantaranya adalah GL 5 di daerah Lempongsari (Rawan) dengan kedalaman 1,4-2,75 m; GL 7 di daerah Sukorejo (Cukup rawan) dengan kedalaman 1,5-13,85 m; GL 8 di daerah Srondol Kulon (Rawan) dengan kedalaman 1,53-5,35 m; GL 10 di daerah Jabungan dengan kedalaman mulai 5,34 m, GL 17 di daerah Kalipancur (Cukup Rawan) dengan kedalaman 2,73-2,91 m, serta GL 19 di Babankerep (Cukup Rawan) dengan kedalaman 1,9-2,4 m.