KARAKTERISTIK BATUGAMPING FORMASI WONOSARI: DIAGENESIS DAN ROCK-TYPING

Eksplorasi Minyak Cekungan Jawa Timur bagian Selatan melibatkan banyak aspek terutama pada calon reservoir. Formasi Wonosari adalah salah satunya yang terdiri dari batugamping terumbu dan klastik. Menurut Hall, 2012, Batugamping Wonosari ekuivalen dengan Unit C pada horizon Stratigrafi Seismik. P...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Na Yogatama, vendra Chista, Ustiawan, Arief Budiman, Julias, Reyhan Naufal
Format: Article PeerReviewed
Language:English
Published: 2017
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/274070/1/OBB-06.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274070/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Eksplorasi Minyak Cekungan Jawa Timur bagian Selatan melibatkan banyak aspek terutama pada calon reservoir. Formasi Wonosari adalah salah satunya yang terdiri dari batugamping terumbu dan klastik. Menurut Hall, 2012, Batugamping Wonosari ekuivalen dengan Unit C pada horizon Stratigrafi Seismik. Penelitian sebelumnya menunjukkan horizon pada daerah yang tinggi secara struktural berasosiasi dengan contractional truncation lokal dan siklus progradasional. Penelitian ini mencoba mengimplikasikan bagaimana horizon tersebut berada di lapangan tanpa mempertimbangkan kalibrasi burial. Sebuah bukit di daerah Girikarto, Panggang, Southwestern Wonosari dipilih dan menunjukkan 7 jenis lithofasies dengan penelitian secara megaskopis. Analisis sayatan tipis yang mendalam dilakukan untuk menentukan proses diagenesisnya. Beberapa sampel diambil dari atas bukit untuk memahami sifat fisik batuannya. Dari analisis petrografi, dapat disimpulkan bahwa platform karbonat Wonosari mengalami dua proses diagenesis. Proses pertama adalah pembentukan karbonat Wonosari pada saat air laut memasuki fase TST. Dalam fase ini sangat memungkinkan karbonat berkembang. Air laut naik relatif lambat seiring dengan pertumbuhan karbonat sehingga platform karbonat dapat tumbuh dengan optimal. Proses kedua dimulai saat permukaan laut naik menjadi maksimal / fase HST. Muka air laut kemudian turun secara signifikan sebagai penanda fase LST sehingga karbonat Wonosari yang sedang berkembang terekspos ke daratan (Subaerial Exposure). Sebagai hasil dari tereksposnya karbonat Wonosari, ada siklus diagenesis berikutnya yang diinterpretasikan terjadi dalam 3 fase diagenesis di lingkungan Meteoric Vadose, Meteoric Phreatic, dan Mixing Zone. Pada analisis petrografi sayatan tipis batuan dapat ditemukan porositas sekunder seperti porositas vuggy, porositas cavern dengan hasil analisis properti fisik menunjukkan bahwa batugamping klastik memiliki nilai porositas tertinggi dengan 8,29% dan Bindstone yang memiliki nilai permeabilitas tertinggi dengan 1296,20 mD.