Penerapan Grey Theory dalam Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan

Pada era sekarang industri dituntutn untuk menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat bersaing. Penelitian ini melakukan integrasi metode FMEA tradisional dan Grey Theory dengan bantuan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) untuk mendapatkan pembobotan yang memperkuat metode FMEA dan mening...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Wati, Irine Indriana, Zulfikar, Muhammad, Nurrohmah, Siti, Setyaningsih, Ira
Format: Conference or Workshop Item NonPeerReviewed
Language:English
Published: 2021
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/277110/1/Irine%20Indriana%20Wati_Penerapan%20Grey%20Theory%20dalam%20Failure%20Mode%20and%20Effect%20Analysis%20%28FMEA%29%20pada%20Proses%20Produksi%20Air%20Minum%20dalam%20Kemasan.pdf
https://repository.ugm.ac.id/277110/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Language: English
Description
Summary:Pada era sekarang industri dituntutn untuk menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat bersaing. Penelitian ini melakukan integrasi metode FMEA tradisional dan Grey Theory dengan bantuan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) untuk mendapatkan pembobotan yang memperkuat metode FMEA dan meningkatkan akurasi dalam menghitung Risk Priority Number (RPN), karena Grey Theory pada Failure Mode and Effect Analysis mempertimbangkan bobot kegagalan faktor. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden terkait, diperoleh data bahwa untuk proses produksi air minum dalam kemasan cup 240 ml terdapat 17 potensi kegagalan dan untuk proses produksi air minum dalam kemasan botol 600 ml terdapat 16 potensi kegagalan. Setelah dilakukan perhitungan nilai RPN dengan melakukan penerapan Grey Theory dalam Failure Mode and Effect Analyis(FMEA) diperoleh masing-masing 5 potensi kegagalan untuk produk cup 240 ml dan botol 600 ml yang memiliki nilai kritis dan menjadi prioritas. Pada kemasan 240 ml, 5 prioritas kegagalan berupa air kurang, double, reject cup supplier, pecah cup dan lid bocor dengan nilai GRPN 0,451878; 0,478766; 0,580463; 0,580703; dan 0,581844. Sedangkan pada kemasan 600 ml, 5 prioritas kegagalan berupa air kurang, pecah body, bocor, botol pecah, dan penyok dengan nilai GRPN 0,456263; 0,468022; 0,557641; 0,581844; dan 0,601829.