Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Tani Tambak di Propinsi Lampung

Di dalam usaha pertambakan sampai saat ini masih ditemukan banyak permasalahan yang perlu dicarikan pemecahannya. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah keadaan sosial dan budaya masyarakat petani tambak. Di Jawa, masarakat ini merupakan suatu golongan masarakat yang mempunyai ciri-ciri tersen...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Hartadi, Retno Widaningroem
Format: Other NonPeerReviewed
Language:English
Published: Fakultas Pertanian UGM 1981
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/277805/1/hartadi_keadaan%20sosial%20budaya%20masyarakat%20tani%20tambak_1981.pdf
https://repository.ugm.ac.id/277805/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Language: English
Description
Summary:Di dalam usaha pertambakan sampai saat ini masih ditemukan banyak permasalahan yang perlu dicarikan pemecahannya. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah keadaan sosial dan budaya masyarakat petani tambak. Di Jawa, masarakat ini merupakan suatu golongan masarakat yang mempunyai ciri-ciri tersendiri dan didalamnya masih ditemukan pembagian golongan yang khas. Dengan kenyataan yang ada pada suatu golongan masarakat tertentu di daerah tertentu mempunyai ciri-ciri tersendiri maka dilakukan penelitian-penelitian di daerah-daerah yang ada usaha pertambakannya. Dalam usaha mencapai tujuan untuk dapat mengungkap serta menyajikan keterangan mengenai keadaan sosial-budaya petani tambak di daerah luar jawa, dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan metoda deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung dan komunikasi langsung. Pengarahan dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pemilihan daerah secara purposive dan pemilihan responden secara random (acak). Dari hasil penelitian diketahui bahwa masarakat petai tambak di daerah peneltian tidak dibagi menjadi go;ongan seperti Jawa. Petani pemilik tambak sekaligus menjadi penggarapnya. Pengalaman membuka dan atau mengusahakan tambak bukan berasal dari leluhurnya (orang tuanya). Mereka berasal dari Jawa, setelah menetap di daerah penempatan kemudian mulai membuka usaha. Bimbingan didapat langsung dari Dinas Perikanan maupun Pamong Desa yang memang berminat pada usaha pertambakan. Pendidikan sebagian besar petani tambak sampai pada tingkatan SD (68,18%), SD tidak tamat 22,73%, SLTA 4,54%, dan masih ditemukan 4,55% yang tidak dapat membaca dan menulis. Masalah agama tidak ada perbedaan. Seperti di Jawa, mereka umumnya memeluk agama Islam. Hal-hal yang berkaitan dengan adat/kebiasaan masih dilakukan. Seperti selamat/kenduri, melakukan upacara-upacara tertentu, dsb. Sikap hidup kelihatannya lebih maju dari petani tambak di Jawa pada umumnya. Sikap yang tidak menguntungkan sudah banyak ditinggalkan. Kalimat-kalimat usang seperti "Mangan ora mangan angger kumpul"...dsb. sudah tidak disetujui. Pemukiman petani tambak hampir sama sengan pemukiman di Jawa. Pada umumnya bangunan rumah belum permanen, dinding dari papan, atau bambu, lantai dari tanah. Ketergantungan pada air sungai masih besar yaitu sebagai tempat mamndi, cuci mencuci maupun keperluan lainnya. Penyakit yang sering ditemukan adalah penyakti yang umum ditemui di daerah pertambakan seperti sakit kulit, gangguan pernafasan, gangguan pencernaan dan malaria. Di daerah pertambakan ternyata keadaan lingkungan masih culup rawan danperlu segera di[erbaiki keadaannya.