Konsep Manusia Sempurna dalam Serat Centini
Serat Chentini yang juga di sebut Suluk Tambangraras adalah kaya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkubuwono III yang kemudian menduduki tahta kerajaan Surakarta bernama Ingkang Sunuhun Paku Buawana V. Serat Chentini aslinya adalah tulisan Hawa dan berbahasa Jawa. Nama-nama Serat Chentini yang...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Other NonPeerReviewed |
Language: | English |
Published: |
Lembaga Penelitian UGM
1995
|
Subjects: | |
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/278395/1/Konsep%20Manusia%20Sempurna_Suyadi%20Mulyono_1995.pdf https://repository.ugm.ac.id/278395/ |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Gadjah Mada |
Language: | English |
Summary: | Serat Chentini yang juga di sebut Suluk Tambangraras adalah kaya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkubuwono III yang kemudian menduduki tahta kerajaan Surakarta bernama Ingkang Sunuhun Paku Buawana V. Serat Chentini aslinya adalah tulisan Hawa dan berbahasa Jawa. Nama-nama Serat Chentini yang mula-mula ialah Serat Jalalen, Serat Cobolang dan Serat Jati Swara=suara sejati,suara yang benar Serat Chentini Semula terdiri dari 8 jilid, kemudian ditambah satu jilid menjadi menjadi 9 jilid. Isi yang terkandung dalam Serat Chentini menceritakan tentang pengetahuan hidup sehari-hari, tentang ilmu alam semesta,tumbuh-tumbuhan, tentang ilmu pertanian, ilmu hewan, ilmu manusia, perkembangan hidup, kesusilaan, keluarga, hubungan sex yang baik, memilih jodoh, ilmu wamita, ilmu sosial, ke-Tuhanan, tasawuf, kesempurnaaan, dan sebagainya, seolah-olah merupakan Enchyclopedia Jawa.
Dalam ilmu kesempurnaan hidup, ilmu, ilmu ini diajarkan oleh Seh Amongrogo kepada istrinya Ni Ken Tambangraras sebagai figur utama dalam ceritera Serat Chentini. Ajaran kesempurnaan tersebut diberikan " diwejangkan "secara bertahap, pokok tujuannya ialah mencapai kesempurnaan hidup yang sejati, yaitu kesempurnaan hidup bahagia, yaitu mencapai "manunggaling kawula Gusti", "ngeri sangkan paraning dumadi". "ilmu kejawen", atau "ilmu kesempurnaan kejawen" , Yang dalam babak terakhir Seh Amongrogo dan isterinya Ni Ken Tambangraras berdialog dengan Raja Mataram, akhir ceitera Seh Amongrogo dan isteri Ni Ken Tambangraras berubah menjadi "Gendhon", mati dibakar dan dimakan oleh Sang Raja. |
---|