ANALISIS MOLEKULAR FAKTOR VIRULEN STREPTOCOCCUS GRUP C PADA PRIMATA
Wabah streptokokosis pada tahun 1994 telah dilaporkan menyerang ratusan kera dan ribuan babi di pulau Bali, dalam waktu singkat penyakit tersebut telah menyebar ke pulau-pulau lain di Indonesia. Agen penyebab wabah tersebut adalah streptococcus grup C (SGC) dan telah diidentifikasi sebagai Streptoco...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Published: |
[Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
2003
|
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/92383/ http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=174 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Gadjah Mada |
Summary: | Wabah streptokokosis pada tahun 1994 telah dilaporkan menyerang ratusan kera dan ribuan babi di pulau Bali, dalam waktu singkat penyakit tersebut telah menyebar ke pulau-pulau lain di Indonesia. Agen penyebab wabah tersebut adalah streptococcus grup C (SGC) dan telah diidentifikasi sebagai Streptococcus equi subsp. zooepidemicus. Mengingat penyakit ini dapat menginfeksi kera, maka penyakit ini diduga dapat pula menginfeksi manusia. Hasil penyidikan dilapangan menunjukkan mortalitas pada kera lebih dari 15%, mortalitas ini diperkirakan lebih tinggi karena adanya kematian yang tidak tercatat, dibuktikan dengan adanya bau bangkai dihutan dan bangkai kera yang hanyut disungai yang melewati hutan wisata alam (HWA) Sangeh, Alas Kedaton dan Padang Tegal di Bali. Sampai saat ini kuman tersebut masih dapat diisolasi pada babi-babi yang secara klinis sehat di wilayah Bali, mengindikasikan adanya immune carrier. Hewan carrier ini dapat membawa bakteri dalam jaringan tubuhnya tanpa menunjukkan gejala klinis sakit, sehingga dapat sebagai sumber infeksi yang dapat mengancam kembali populasi kera di Indonesia yang perlu dilestarikan maupun manusia disekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Streptococcus equi subsp. zooepidemicus dan mengembangkan sarana diagnostik dengan produksi monoklonal antibodi terhadap antigen M-like protein (MLP) untuk kontrol streptococcosis. Identifikasi dan karakterisasi dilakukan dengan cara uji biokimiawi, melihat sifat pertumbuhan pada media cair dan padat, sifat fenotipe dan genotipe. Pengembangan monoklonal antibodi yang bereaksi spesifik terhadap antigen MLP dilakukan dengan teknik hibridoma. Aplikasi monoklonal antibadi secara laboratorik dan lapangan dengan menggunakan uji ELISA, western blott dan dot- blot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fenotipe Streptococcus equi subsp. zooepidemicus isolat kera memperlihatkan pertumbuhan dengan koloni besar dan mukoid, pada media padat, tumbuh keruh dalam media cair, dan berdasar uji heksadekan bersifat hidrofil. Sifat pertumbuhan isolat manusia pada media padat memperlihatkan koloni kecil dan kasar (non mukoid), tumbuh berupa sedimen dengan supernatan jernih dalam media cair dan bersifat hidrofob. Berdasar uji adesi pada sel-sel epitel, diketahui bahwa isolat kera dan manusia lebih banyak melekat pada epitel bukalis manusia dibanding pada epitel kera. Hasil analisis molekular 16S rRNA dengan menggunakan PCR memperlihatkan pita amplifikasi dengan ukuran 1450 bp pada semua isolat Streptococcus equi subsp. zooepidemicus. Hasil analisis amplikat dengan digesti enzim HincII terlihat 2 fragmen dengan ukuran 1250 bp dan 200 bp yang dapat diidentifikasi pada isolat kera sedangkan pada isolat manusia tidak menunjukkan adanya fragmentasi. Analisis RAPD dengan menggunakan primer Kay3 memperlihatkan pola yang identik. Hasil analisis protein M-like (MLP) dengan menggunakan SDS-PAGE memperlihatkan pita major dengan berat molekul kira-kira 58 kDa.
Hasil fusi sel mieloma dan limfoblast diperoleh 4 klon hibridoma yang positif mengandung antibody terhadap MLP, dengan nilai absorban pada ELISA masing-masing 1.900, 1.963, 1.895 dan 2.050. Hasil propagasi dalam cairan asites mencit Balb/c telah berhasil diperoleh monoklonal antibodi terhadap MLP S. equi subsp. zooepidemicus: Asites 1 = 1.597 (5.50 mg), Asites 2 = 1.940 (5.75 mg), dan Asites 3 = 3.012 (5.80 mg). Monoklonal antibodi memperlihatkan spesifitas yang cukup tinggi karena hanya mengenal 1 epitop spesifik yang diperlihatkan pada uji Western blot dengan menampakkan pita tunggal pada sekitar 58 kDa dan menunjukkan reaksi positif (+) pada uji dot-blot. Monoklonal antibodi memperlihatkan sensitifitas yang cukup tinggi setelah diuji dengan 4 serum hewan percobaan tikus yang diinfeksi buatan dengan S. equi subsp. zooepidemicus dengan hasil uji ELISA dengan nilai absorban lebih dari 1,00 dan menunjukkan reaksi positif (+) pada uji dot-blot. Hasil uji terhadap sampel serum Macaca fascicularis menunjukkan bahwa 97,56% positif, uji ini sebagian dilakukan secara paralel dengan uji dot-blot. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar Macaca fascicularis yang diuji pernah terinfeksi S. equi subsp. zooepidemicus. |
---|