PARTISIPASI WANITA DALAM KEGIATAN PENGHIJAUAN LAHAN KRITIS DI KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL
Berdasarkan kenyataan bahwa di desa-desa di Kecamatan Playen, dengan kondisi lahan kritis, dalam waktu panjang dapat dikatakan telah berhasil melakukan penghijauan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan aktif kaum wanita, mengingat jumlah kaum wanita dewasa usia produktif di desa itu relat...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Published: |
[Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
2003
|
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/92389/ http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=180 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Gadjah Mada |
Summary: | Berdasarkan kenyataan bahwa di desa-desa di Kecamatan Playen, dengan kondisi lahan kritis, dalam waktu panjang dapat dikatakan telah berhasil melakukan penghijauan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan aktif kaum wanita, mengingat jumlah kaum wanita dewasa usia produktif di desa itu relatif lebih banyak menunjang keberhasilan penghijauan di daerah tersebut, maka perlu dilakukan penelitan mengenai partisipasi wanita dalam kegiatan penghijauan lahan kritis di wilayah tersebut, sehingga tercipta kondisi seperti sekarang ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui tingkat partisipasi wanita dalam menunjang keberhasilan kegiatan penghijauan di lahan kritis, kecamatan Playen Gunung Kidul dan 2) Mengetahui model partisipasi wanita yang tepat, khususnya dalam kegiatan penghijauan di lahan kritis. Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus. Untuk mengkaji peran wanita dalam kegiatan penghijauan lahan kritis di Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul maka perlu dilakukan identifikasi pengertian aktivitas penghijauan yang tertanam pada wanita-wanita di sekitar lahan kritis dan telah dihayati/dilakukan selama minimal 5 tahun.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional, yaitu dengan mengambil sampel per dusun yang berbatasan langsung dengan Wanagama, yang selanjutnya diakumulasikan per desa dengan intensitas sampling 10%.Untuk memudahkan pemilihan responden, kuesioner dibagikan terutama pada wanita yang aktif dalam suatu kegiatan tertentu, seperti arisan, Kejar Paket A/B, Dasa Wisma, Kader Sehat, Posyandu dan lain-lain. (Bunder, Gading, Ngleri dan Banaran). Pengumpulan data dari responden dilakukan melalui bantuan kuesioner. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 360 lembar, namun yang dapat dianalisa hanya 336 lembar. Untuk mengetahui partisipasi wanita dalam kegiatan penghijauan lahan kritis, analisis yang digunakan adalah metode deskripsi (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Pengertian lahan kritis yang tertanam di masyarakat pedesaan khususnya wanita masih sangat rancu, hanya 32% (125 orang) yang menjawab dengan benar meskipun sebenarnya mereka seringkali mendengar kata/istilah tersebut. Berbeda dengan pengertian lahan kritis, 94% responden paham mengenai pengertian penghijauan secara �benar�. Kepentingan penghijauanpun dimengerti dengan baik terlihat dari jawaban memuaskan diberikan sekitar 96 � 98% responden. Demikian juga pada pertanyaan yang mengungkap ide dan keikutsertaan dalam kegiatan penghijauan, jawaban yang diberikan cukup memuaskan diatas 80%. Manfaat lingkungan bagi mereka, sekitar 70% responden menyatakan kualitas kualitas lingkungan lebih utama sedagkan 30% lainnya menyatakan manfaat ekonominya lebih utama. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, wanita memiliki peran yang cukup besar dalam penghijauan lahan kritis, lebih dari 80% menyatakan ide dan keikutsertaan sebagai bentuk partisipasi. Mengingat karakter wanita pedesaan yang sangat khas, bentuk partisipasi yang diharapkan tidak bisa mutlak harus terjun langsung dalam kegiatan yang sesungguhnya. Kegiatan lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan penghijauan seperti menyiapkan peralatan, bibit tanaman atau bahkan yang berkait dengan konsumsipun perlu dihargai sebagai bentuk partisipasi nyata. Mengingat masih rancunya pengertian lahan kritis yang tertanam di masyarakat desa khususnya para wanita, perlu diadakan penyuluhan diikuti dengan bantuan bibit tanaman agar mereka bisa lebih memahami karakter lingkungan hidup mereka. |
---|