PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA

Prevalensi penyakit diabetes di Indanesia semakin meningkat dan diperkirakan mencapai 5 juta orang pada tahun 2010. Salah satu pengobatan penting bagi penderita diabetes adalah terapi diet. Terapi ini diriasarkan pada pemilihari makanan bagi penderita. Suatu pendekatan baru yang diriasarkan pada Ind...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: , Y. Marsono
Format: Article NonPeerReviewed
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/92655/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=432
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
id id-ugm-repo.92655
record_format dspace
spelling id-ugm-repo.926552014-11-28T07:37:38Z https://repository.ugm.ac.id/92655/ PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA , Y. Marsono Prevalensi penyakit diabetes di Indanesia semakin meningkat dan diperkirakan mencapai 5 juta orang pada tahun 2010. Salah satu pengobatan penting bagi penderita diabetes adalah terapi diet. Terapi ini diriasarkan pada pemilihari makanan bagi penderita. Suatu pendekatan baru yang diriasarkan pada Indeks Glisemik makanan telah dianjurkan dan banyak dilakukan di negara negara maju, tetapi di banyak negara berkembang seperti Indanesia, Indeks Glisemik makanan belum tersedia. Indeks glisemik diukur sebagai perbandingan luas kurva gula dara postprandial setelah mengkonsumsi makanan dibanding dengan makanan standar (roti tawar). Makanan dengan nilai Indeks Glisemik rendah sangat baik bagi penderita diabetes, sebab dapat menekan kenaikan gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan daftar Indeks glisemik beberapa kacang kacangan. Daftar Indeks Glisemik ini sangat penting artinya bagi ahli gizi dan penderita diabetes sebagai acuan dalam pemilihari makanan untuk tujuan diet. Enam kacang kacangan yaitu kacang merah (Vigna umbellata), kacang hijau (Phaseo aureus), kacang tunggak (Vigna sinensis ENDL), kacang gude (Cajanus cajan MILLSPAUGH), kacang kapri (Pisum sativum LINN) dan kacang kedelai (Glicine max NIERR) dibeli dari pasar lokal. Kacang dianalisis kandungan air, abu, lemak dan protein. Kandungan pati, gula reduksi dan gula total, amilosa dan resistant starch juga ditentukan. Resistant starch ditentukan dengan metoda ensimatik yang dimodifikasi (Englyst and Cummings, 1988) sedang amilosa ditentukan dengan metoda spektrofotometri (Juliano, 1971). Untuk penentuan respon glukosa melibatkan 11 orang relawan yang sehat dan normal (bukan penderita diabetes). Mereka dipilih dari para mahasiswa pasca sarjana dan teknisi Universitas Gadjah Mada. Informasi mendalam diberikan kepada relawan dan protokol penelitian dijelaskan sebebelum penelitian dilakukan. Ethical Clearance diberikan oleh Komisi Etika untuk penelitian Biomedik, Fakultas Kedokteran UGM setelah dilakukan pemeriksaan protokol. Relawan harus berpuasa selama 10 jam mulai malam hari, kemudian pada pagi harinya diberi makanan uji mengandung 25 g setara gula. Sampel darah diambil setelah puasa dan berturut turut pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 sesudah makan makanan uji. Perhitungan waktu dimulai saat selesai makan. Serum glukosa ditentukan secara ensimatis (Kaplan dan Szabo, 1983) dan dibuat grafik respon glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan RS kacang kacangan bervariasi dari 4.76 mg/g (kacang hijau) sampai 8,93 mg/g (kedelai) sedang amilosa dari 15,12% (kacang kapri) sampai 39,61% terhadap, pati total (kacang tunggak). Pengukusan mengakibatkan penurunan gula, pati, abu dan lemak.Tidak ada korelasi antara kandungan amilosa dan Resistant starch kacang kacangan. Glisemik Indeks yang paling rendah adalah kacang merah (25,6) sedang yang paling tinggi adalah kacang hijau (75,6). Kacang kapri dan kedelai memiliki IG yang hampir sarna yaitu 29, 9 dan 30,6, sedang kacang gude sedikit diatas kedelai (34,6) sementara IG kacang tolo sebesar 50,7. Hasil ini mengindikasikan bahwa kacang-kacangan secara umum berpotensi sebagai makanan penurun atau penekan kenaikan gula darah, terlihat dari rendahnya nilai Indeks Glisemik. Dari penelitian ini kacang merah (Vigna umbellata) terpilih sebagai kacang yang akan diuji lebih lanjut pada tahap berikutnya. Studi lebih lanjut mengenai faktor penentu dan konfirmasi sifat hipoglisemik pada hewan coba dan manusia disarankan agar diperoleh informasi yang lebih lengkap. [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001 Article NonPeerReviewed , Y. Marsono (2001) PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=432
institution Universitas Gadjah Mada
building UGM Library
country Indonesia
collection Repository Civitas UGM
description Prevalensi penyakit diabetes di Indanesia semakin meningkat dan diperkirakan mencapai 5 juta orang pada tahun 2010. Salah satu pengobatan penting bagi penderita diabetes adalah terapi diet. Terapi ini diriasarkan pada pemilihari makanan bagi penderita. Suatu pendekatan baru yang diriasarkan pada Indeks Glisemik makanan telah dianjurkan dan banyak dilakukan di negara negara maju, tetapi di banyak negara berkembang seperti Indanesia, Indeks Glisemik makanan belum tersedia. Indeks glisemik diukur sebagai perbandingan luas kurva gula dara postprandial setelah mengkonsumsi makanan dibanding dengan makanan standar (roti tawar). Makanan dengan nilai Indeks Glisemik rendah sangat baik bagi penderita diabetes, sebab dapat menekan kenaikan gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan daftar Indeks glisemik beberapa kacang kacangan. Daftar Indeks Glisemik ini sangat penting artinya bagi ahli gizi dan penderita diabetes sebagai acuan dalam pemilihari makanan untuk tujuan diet. Enam kacang kacangan yaitu kacang merah (Vigna umbellata), kacang hijau (Phaseo aureus), kacang tunggak (Vigna sinensis ENDL), kacang gude (Cajanus cajan MILLSPAUGH), kacang kapri (Pisum sativum LINN) dan kacang kedelai (Glicine max NIERR) dibeli dari pasar lokal. Kacang dianalisis kandungan air, abu, lemak dan protein. Kandungan pati, gula reduksi dan gula total, amilosa dan resistant starch juga ditentukan. Resistant starch ditentukan dengan metoda ensimatik yang dimodifikasi (Englyst and Cummings, 1988) sedang amilosa ditentukan dengan metoda spektrofotometri (Juliano, 1971). Untuk penentuan respon glukosa melibatkan 11 orang relawan yang sehat dan normal (bukan penderita diabetes). Mereka dipilih dari para mahasiswa pasca sarjana dan teknisi Universitas Gadjah Mada. Informasi mendalam diberikan kepada relawan dan protokol penelitian dijelaskan sebebelum penelitian dilakukan. Ethical Clearance diberikan oleh Komisi Etika untuk penelitian Biomedik, Fakultas Kedokteran UGM setelah dilakukan pemeriksaan protokol. Relawan harus berpuasa selama 10 jam mulai malam hari, kemudian pada pagi harinya diberi makanan uji mengandung 25 g setara gula. Sampel darah diambil setelah puasa dan berturut turut pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 sesudah makan makanan uji. Perhitungan waktu dimulai saat selesai makan. Serum glukosa ditentukan secara ensimatis (Kaplan dan Szabo, 1983) dan dibuat grafik respon glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan RS kacang kacangan bervariasi dari 4.76 mg/g (kacang hijau) sampai 8,93 mg/g (kedelai) sedang amilosa dari 15,12% (kacang kapri) sampai 39,61% terhadap, pati total (kacang tunggak). Pengukusan mengakibatkan penurunan gula, pati, abu dan lemak.Tidak ada korelasi antara kandungan amilosa dan Resistant starch kacang kacangan. Glisemik Indeks yang paling rendah adalah kacang merah (25,6) sedang yang paling tinggi adalah kacang hijau (75,6). Kacang kapri dan kedelai memiliki IG yang hampir sarna yaitu 29, 9 dan 30,6, sedang kacang gude sedikit diatas kedelai (34,6) sementara IG kacang tolo sebesar 50,7. Hasil ini mengindikasikan bahwa kacang-kacangan secara umum berpotensi sebagai makanan penurun atau penekan kenaikan gula darah, terlihat dari rendahnya nilai Indeks Glisemik. Dari penelitian ini kacang merah (Vigna umbellata) terpilih sebagai kacang yang akan diuji lebih lanjut pada tahap berikutnya. Studi lebih lanjut mengenai faktor penentu dan konfirmasi sifat hipoglisemik pada hewan coba dan manusia disarankan agar diperoleh informasi yang lebih lengkap.
format Article
NonPeerReviewed
author , Y. Marsono
spellingShingle , Y. Marsono
PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
author_facet , Y. Marsono
author_sort , Y. Marsono
title PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
title_short PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
title_full PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
title_fullStr PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
title_full_unstemmed PENENTUAN INDEKS GLISEMIK KACANG KACANGAN, FAKTOR DETERMINAN DAN UJI EFEK HIEPOGLISEMIKNYA
title_sort penentuan indeks glisemik kacang kacangan, faktor determinan dan uji efek hiepoglisemiknya
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
publishDate 2001
url https://repository.ugm.ac.id/92655/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=432
_version_ 1681229295823880192