FAKTOR RISIKO DEMOGRAFIK BIOLOGIK DAN PSIKOSOSIAL GANGGUAN PSIKOSIS POSTPARTUM

Gangguan psikotik postpartum adalah gangguan jiwa dengan gejala psikotik berupa waham, halusinasi, inkoherensi, pelonggaran asosiasi, proses pikir yang jelas tak logis atau tingkah laku yang sangat kacau atau katatonik, terjadi dalam 6 minggu setelah melahirkan dan bisa berlangsung sampai 3 bulan sa...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: , Mutrarsi Sri Kanapsiah
Format: Article NonPeerReviewed
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/92725/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=478
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Description
Summary:Gangguan psikotik postpartum adalah gangguan jiwa dengan gejala psikotik berupa waham, halusinasi, inkoherensi, pelonggaran asosiasi, proses pikir yang jelas tak logis atau tingkah laku yang sangat kacau atau katatonik, terjadi dalam 6 minggu setelah melahirkan dan bisa berlangsung sampai 3 bulan sampai 1 tahun. Gangguan ini merupakan risiko mental dari persalinan. Prevalensi terjadinya gangguan psikotik postpartum diantara wanita melahirkan sebenarnya kecil, tetapi karena menyangkut kesehatan reproduksi wanita dan peran wanita dalam keluarga yang meliputi fungsi: afeksi, perlindungan, sosial, seksual dan penentuan status, dampaknya bisa luas. Namun demikian, kesehatan mental berkaitan dengan upaya kesehatan ibu dan anak, masih sangat sedikit diperhatikan atau bahkan terabaikan, yang terlihat baik dalam konsep maupun praktek seperti misalnya belum dimasukkannya upaya pencegahan pada saat pemeriksaan antenatal, padahal pemeriksaan antenatal adalah saat paling tepat untuk mendeteksi adanya faktor faktor risiko gangguan psikotik postpartum dan melakukan pencegahan. Faktor risiko terjadinya gangguan psikotik postpartum bisa dikelompokkan menjadi faktor biologis, demografi, obstetri dan psikososial. Risiko demografi misalnya: melahirkan usia muda, pendidikan, pekerjaan. Risiko obstetrik misalnya adalah: primipara paritas lebih dari 3, maturitas kehamilan dan cara persalinan. Risiko psikososial misalnya: tipe kepribadian tertentu, konflik, kurangnya dukungan sosial dan adanya stresor psikososial, kelahiran anak perempuan, motivasi punya anak, dan pemilihan suami. Apabila faktor faktor risiko untuk munculnya gangguan psikotik postpartum tersebut dapat diketahui dan dikenali oleh para pelayan kesehatan, mereka akan dapat melakukan pencegahan dan perlakuan sesuai dengan kebutuhan. Penderita gangguan psikotik postpartum tersebut perlu perawatan di bangsal atau rumah sakit jiwa dalam waktu yang relatif panjang, selanjutnya rawat jalan, menyebabkan terganggunya fungsi dan struktur keluarga yang akan berakibat pada bayi dan anak anaknya terutama yang masih balita sehingga menganggu perkembangan sehat yang akan mempengaruhi kualitas dan kapasitas anak setelah dewasa sebagai sumber daya manusia. Disamping itu stigma bagi keluarga maupun bagi wanita itu sendiri akan menyebabkan keluarga diasingkan dan wanita terancam dicerai suami karena gangguan mentalnya. Sampai saat ini, penelitian terhadap berbagai faktor risiko belum jelas menentukan faktor apa saja serta berapa besar risiko relatif masing masing faktor tersebut. Berbagai instrumen telah diperkenalkan untuk mengukur faktor faktor yang mungkin merupakan faktor risiko, seperti skala penyesuaian sosial untuk menilai stresor kehidupan dari Sudiyanto, skala keakraban. suami istri untuk mengukur keakraban suami istri, skala dukungan suami dan teman serta, inventori Eysenck untuk menentukan kecenderungan kepribadian. Kemungkinan faktor risiko lainnya merupakan fakta yang dapat diperoleh dari data primer atau data sekunder. Dari uraian di atas timbul permasalahan adakah hubungan faktor faktor demografik, obstetrik, dan psikososial dengan gangguan psikotik postpartum serta berapakah besarnya risiko relatif dari masing masing faktor demografi, obstetri dan psikososial tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan faktor demografik, obstetrik, psikososial tertentu yang berhubungan dengan terjadinya gangguan psikotik postpartum dan menentukan besarnya risiko relatif setiap faktor yang telah ditentukan tersebut. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol quasi, subyek penderita. gangguan psikotik postpartum diperoleh secara retrospektif selama &#61617