BIAS GENDER DALAM TINGKAT PARTISIPASI PESERTA KELUARGA BERENCANA
Telah diketahui bersama bahwa Gerakan Keluarga Berencana Nasional Pertama dan Kedua yang merupakan satu kesatuan, yaitu tentang penurunan fertilitas di satu sisi dan tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera di sisi lain, telah mencapai hasil yang memuaskan dan bahkan sempat mendapat pengak...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Published: |
[Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
2003
|
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/92771/ http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=527 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Gadjah Mada |
Summary: | Telah diketahui bersama bahwa Gerakan Keluarga Berencana Nasional Pertama dan Kedua yang merupakan satu kesatuan, yaitu tentang penurunan fertilitas di satu sisi dan tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera di sisi lain, telah mencapai hasil yang memuaskan dan bahkan sempat mendapat pengakuan dan pujian dari berbagai negara, baik negara tetangga maupun negara-negara berkembang lainnya.
Betapapun besarnya penghargaan dan pengakuan berbagai negara terhadap tingkat keberhasilan gerakan berencana nasional yang telah dijalankan, tidak ada jeleknya apabila kita tetap mencermati sesuatu yang sampai saat ini masih memerlukan perhatian bersama.
Salah satu hal, di antara sejumlah hal yang masih perlu mendapat perhatian bersama tersebut, adalah mengenai perbandingan penggunaan alat kontrasepsi pada pria dan wan ita, yang selama ini masih dominan dilakukan oleh kaum wanita.
Berkenaan dengan gejala di atas, perlu dirumuskan permasalahan mengenai faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab, serta adakah keterkaitan antara gender dengan penggunaan alat kontrasepsi pada pria, serta sekaligus pemikiran tentang langkah-Iangkah jalan keluar agar pada saatnya kelak kaum priapun dapat menunjukkan kesanggupan untuk lebih berpartisipasi terhadap program keluarga berencana, dan tidak hanya muncul dari kaum wanita saja.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dilakukanlah suatu kegiatan penelitian di Daerah Tingkat I Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta, dengan mengambil sampel di Daerah Tingkat II Kota Yogyakarta dan Daerah Tingkat II Kabupaten Gunung Kidul.
Setelah dilakukan penelitian ternyata diperoleh data dan informasi yang dapat disimpulkan sebagai berikut : Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat partisipasi pria di dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah : (I) Adanya hambatan proses sosialisasi pengetahuan tentang alat kontrasepsi, (2) Keterbatasan tingkat pemahaman terhadap konsep kodrat, (3) Keterbatasan tingkat kemampuan melakukan penerapan nilai-nilai sosial dan budaya, (5) Rendahnya tingkat keterbukaan interaksi dan komunikasi di antara anggota keluarga, (6) Keterbatasan pilihan alat kontrasepsi yang tersedia untuk pria, (7) Adanya kekhawatiran di kalangan istri jika suaminya steril, (8) Sikap egoistik kaum pria yang sulit dirubah,dan (9) Tingkat kesanggupan menghadapi resiko yang rendah.
Serangkaian faktor penyebab tersebut ternyata menunjukan pula adanya relasi variabel gender dan tingkat penggunaan alat kontrasepsi pada pria. Maksudnya adalah, apabila suatu keluarga atau seorang suami dan atau istri memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap konsep gender, maka mereka akan memiliki pemikiran bahwa pengguna alat kontrasepsi itu bisa wanita dan bisa pula pria. Akan tetapi apabila tingkat pemahamannya rendah, maka mereka tetap punya pandangan bahwa yang bisa dan wajib melakuan penggunaan alat kontrasepsi hanyalah kaum wanita.
Berkenaan dengan berbagai faktor penyebab tersebut di atas, maka perlu kiranya dilakukan serangkaian pemikiran dan kegiatan yang dapat memperlancar jalannya proses sosialisasi pengetahuan mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan alat konstrasepsi bagi kaum pria, serta kesadaran mengenai adanya keseimbangan di antara peran wan ita dan pria di dalam melakukan penggunaan alat kontrasepsi. |
---|