PENINGKATAN VARIABILITAS GENETIK MANGGIS : Analisis DNA untuk Identitikasi Keragaman Genetik

Manggis merupakan salah satu buah tropis yang cukup potensial untuk dikembangkan dan merupakan salah satu buah unggulan. Tanaman manggis mempunyai keragaman genetik yang sempit, bahkan dapat dikatakan tidak ada keragaman genetik. Keragaman yang muncul merupakan keragaman akibat perbedaan lingkungan....

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: , Rudi Hari Murti, Siti Subandiyah, Novianti Sunarlim, Sugiono M.
Format: Article NonPeerReviewed
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/92783/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=539
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Description
Summary:Manggis merupakan salah satu buah tropis yang cukup potensial untuk dikembangkan dan merupakan salah satu buah unggulan. Tanaman manggis mempunyai keragaman genetik yang sempit, bahkan dapat dikatakan tidak ada keragaman genetik. Keragaman yang muncul merupakan keragaman akibat perbedaan lingkungan. Menurut Nijs dan Van Dijk (1993) cit. Mansyah et af. 1999) manggis termasuk. dalam agamospermae sehingga biji yang dihasilkan berupa biji apomiksis. Oleh sebab dilakukan mutasi untuk mendapatkan keragaman genetik pada tanaman manggis. Hasil mutasi pada tahun pertama selanjutnya diamati pada tingkat molekuler dengan RAPD agar lebih meyakinkan. Manggis termasuk tanaman yang membiak dengan biji secara apomiksis sehingga tanaman manggis yang berasal dari biji mempunyai kesamaan genotipe dengan induknya. Artinya tanaman manggis yang diperbanyak dengan biji dan vegetatif akan mempunyai susunan genetik yang sama (Bradshaw, 1980) Verheij (1991) mengatakan bahwa pada manggis terdapat variasi ukuran daun, buah namun diduga disebabkan oleh lingkungan. Hasil pene1itian Mansyah et al. (1992) juga menunjukkan bahwa terdapat variasi fenotipe bentuk kanopi ukuran daun ukuran buah, tebal kulit buah dan jumlah buah per tandan. Namun hasil penelitian Mansyah et al. (1999) menggunakan isozim menunjukkan bahwa keragaman genetik manggis di Sumatra Barat sangat sempit dan variasi yang terjadi pada karakter kuantitatif merupakan pengaruh lingkungan. Te-chato (1998) menunjukkan bahwa penggunaan mutagen kimia dan fisik dapat memberikan mutan pada tanaman manggis. Hasil mutasi telah dideteksi dengan RAPD dan menunjukkan adanya polimorfisme yang berbeda antara mutan dengan tanaman kontrol Penelitian dilakukan di lapangan dan di Laboratorium. Pada tahun pertama telah dilakukan kultur jaringan menggunakan eksplan berupa biji yang diperlakukan dengan mutagen (EMS dan irradiasi). Pada tahun kedua ini, planlet tersebut ditanam dan diamati tinggi tanaman, diameter batang, bentuk, warna dan jumlah daun, serta dianalisis RAPD unruk mengidentifikasi kemgaman genetiknya. Di samping itu dilakukan observasi populasi manggis di tiga sentra produksi masing-masing sebanyak 20 sampe1. Masing-masing lokasi diambil 4 sampel yang mewakili kelompoknya dan daunnya dianalisis RAPD. Tahapan analisis RAPD mengikuti isolasi DNA dari tanaman yang menunjukkan morfologi berbeda menyimpang dengan metode Cornell (1990). Pemurnian DNA hasil ekstraksi melalui penambahan NA asetat. Pengujian menggunakan program siklus suhu yang berbeda (94 °C, 36 °C, 72 °C, masing-masing 45 kali dan 72 °C selama 5 menit). Primer yang digunakan yaitu OPB1, OPB3 dan OPB4. Produk PCR dielektroforesis dengan gel agarosa 1,6% dan dirunning dengan voltage 50 volt. Kemudian dideteksi dengan perendaman pada EtBr dan difoto dengan Polaroid. Data morfologi daun dan buah dari populasi alami kemudian dianalisis cluster sehingga diperoleh beberapa kelompok. Hasil RA.PD tanaman dari alam dibandingkan satu dengan yang lainnya apakah ada perbedaan polimorfisme. Data tanaman hasil mutasi ditampilkan secara diskriptif dan dideteksi sifat mutannya secara individual mendasarkan sitat yang diamati dan hasil RAPD. Hasil pengamatan tanaman di populasi alami menunjukkan keragaman baik buah maupun daunnya. Hasil pengelompokkan menggunakan analisis cluster menunjukkan bahwa ada beberapa tanaman yang mengelompok pada jarak yang jauh (berarti perbedaannya karakternya cukup besar). Namun hasil analisis RAPD tidak menunjukkan adanya keragaman genetik yang berarti perbaikan produksi dan kualitas manggis hanya dapat dilakukan dengan perbaikan kultur teknis. Morfologi tanaman hasil radiasi dan mutasi dengan EMS menunjukkan pada awal pertumbuhan tampak beragam namun setelah lama tumbuh keragamannya kurang tampak. Keragaman morfologi pada saat berada di dalam kultur jaringan kemungkinan disebabkan oleh pengaruh kerusakan fisiologis akibat mutagen. Pertumbuhan tanaman selanjutnya tampak normal dan tidak menunjukkan pertumbuhan yang menonjol. Warna dan bentuk daun ada sedikit variasi. Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan susunan genetik pada tanaman yang diradiasi 1.5 krad dan EMS 0,1%. Hal tersebut tampak pada perbedaan polimorfisme pada hasil analisis DNA. Hasil mutasi ini sejalan dengan hasil penelitian Te-chato (1998) yang menghasilkan mutan dengan EMS dan radiasi sinar Gamma meskipun pada dosis yang berbeda.