UJI ANTI-INFLAMASI EKSTRAK DAUN Erythrina Fusca Lour TERHADAP INFLAMASI AKUT PADA TIKUS YANG DIINDUKSI SECARA IMUNOLOGIS DAN NON-SPESIFIK

Tanaman Erythrina fusca Lour banyak digunakan masyarakat sebagai tanaman tradisional terhadap penyakit gatal-gatal dan inflamasi, namun hingga saat ini belum ada kajian ilmiah yang mendalam terhadap aktivitas tanaman tersebut, apakah benar memiliki efek anti inflamasi, baik dalam mencegah maupun men...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: , Zullies Ikawati, Sismindari, Sofia Mubarika
Format: Article NonPeerReviewed
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/92844/
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=602
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Description
Summary:Tanaman Erythrina fusca Lour banyak digunakan masyarakat sebagai tanaman tradisional terhadap penyakit gatal-gatal dan inflamasi, namun hingga saat ini belum ada kajian ilmiah yang mendalam terhadap aktivitas tanaman tersebut, apakah benar memiliki efek anti inflamasi, baik dalam mencegah maupun mengobati. Penelitian ini bertujuan mempelajari efek tanaman ini terhadap inflamasi akut yang spesifik, yaitu yang diinduksi secara imunologis, dan yang dipicu secara non-spesifik. Penelitian uji anti-inflamasi secara non-spesifik dilakukan pada 6 kelompok tikus galur wistar (5 ekor perkelompok) yang semuanya mendapat suntikan 0,1 ml larutan karagenin 1% secara subplantar. Kenaikan volume udema diukur dengan pletismometer. Volume kaki awal dan setelah diinduksi diukur dengan interval 60 menit selama 8 jam. Ekstrak metanol daun cangkring diberikan secara peroral dengan 4 peringkat dosis (100, 200, 500, dan 1000 mg/kg BB) dengan Natrium Diklofenak sebagai pembanding. Volume udema diukur dengan alat pletismograf dari jam ke-0 sampai jam ke-8 setelah pemberian karagenin. Untuk mendukung hasil farmakologi dilakukan uji histopatologi jaringan. Data yang dikumpulkan berupa volume udema, dianalisis menjadi prosentase kenaikan volume udema (% KVU) yang kemudian dibuat kurva hubungan antara prosentase kenaikan udema terhadap waktu. Selanjutnya dihitung Area Under the Curve. Harga AUC0-8 antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dianalisis secara statistik ANOVA dan uji-t LSD dengan taraf kepercayaan 95 %. Data histopatologi jaringan dianalisis secara deskriptif untuk melihat adanya rekruitmen neutrofil pada jaringan inflamasi. Penelitian uji anti-inflamasi secara imunologis dilakukan pada 6 kelompok tikus (5 ekor perkelompok). Semua tikus disensitisasi dengan campuran ovalbumin dengan suspensi Al(OH3) dengan perbandingan volume 1: 9 (suspensi ovalbumin dalam Al(OH3) pada hari ke-1dan hari-7. Pada hari ke-14 dilakukan uji anti-inflamasi, semua tikus diinjeksi secara intravena pada ekornya dengan larutan Evans blue dengan dosis 17,5 mg/kg BB tikus, setengah jam selanjutnya, tikus dipicu reaksi inflamasinya dengan diinjeksi ovalbumin konsentrasi 100 mg/ml. Limabelas menit berikutnya pada masing-masing kelompok uji diberi perlakuan yaitu kelompok 1, diberi aquadest dosis 12,5 ml/kg BB, kelompok 2-6 diberi perlakuan ekstrak metanol Erythrina fusca dosis 50, 100, 200, 500, dan 1000 mg/kg BB. Untuk mendukung hasil farmakologi dilakukan uji histopatologi jaringan. Data yang diperoleh berupa diameter area pigmentasi, selanjutnya diubah menjadi luas area pigmentasi, dan dibuat kurva luas area pigmentasi vs waktu. Dari kurva tersebut dicari AUC tiap kurva , yang selanjutnya dianalisis statistik analisis variansi (ANAVA) satu jalan, dan uji t-LSD dengan taraf kepercayaan 95 %. Sedangkan data histopatologis dianalisis secara deskriptif untuk melihat keberadaan sel mast pada jaringan kulit yang terinflamasi. Pada uji anti-inflamasi secara non-spesifik, penghambatan udema mulai terlihat pada dosis 500 mg/kg BB yaitu sebesar 47,89 %. Sedangkan pada dosis 1000 mg/kg BB, ekstrak metanol daun cangkring mampu menghambat udema sebesar 60,81 %. Dibandingkan dengan diklofenak, ekstrak metanol daun cangkring mempunyai daya penghambatan yang hampir sama yaitu 67,92 %. Peningkatan dosis ekstrak metanol daun cangkring menyebabkan kenaikan daya anti-inflamasi. Jika dilihat dari uji histopatologisnya pada dosis 1000 mg/kg BB, ekstrak metanol daun cangkring mampu menghambat rektuimen sel neutrofil. Pada uji anti-inflamasi secara imunologis berdasarkan harga AUC0-8, kelompok perlakuan ekstrak Erythrina fusea dosis 50, 100, 200, 500 dan 1000 mg/kg BB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>O,05) dengan kelompok kontrol. Ini berarti pemberian ekstrak tidak berpengaruh terhadap luas area inflamasi yang diinduksi dengan ovalbumin. Hasil. pengamatan preparat histopatologi menunjukkan bahwa kelompok perlakuan semua sel mast di daerah yang mengalami inflamasi sudah terdegranulasi