LATIHAN MOBILISASI PADA PENDERITA POST OPERASI SPONDILITIS TUBERKULOSA
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh penyebaran melalui hematogen. Komplikasi yang dapat terj...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Theses and Dissertations NonPeerReviewed |
Language: | Indonesian Indonesian |
Published: |
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://repository.unair.ac.id/39899/1/ABSTRACT.pdf http://repository.unair.ac.id/39899/12/241.%2039899.pdf http://repository.unair.ac.id/39899/ http://lib.unair.ac.id |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Airlangga |
Language: | Indonesian Indonesian |
Summary: | Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
yang mengenai tulang belakang. Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang
belakang terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi
terutama oleh penyebaran melalui hematogen.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah Pott’s paraplegia. Hal ini terjadi oleh
karena kerusakan tulang yang terjadi sangat hebat sehingga tulang yang
mengalami destruksi sangat besar. Hal ini juga akan mempermudah terjadinya
paraplegia pada ekstremitas inferior.pada post-op terjadi penurunan kekuatan
otot anggota gerak bawah, penurunan mobilitas sangkar thorax, pola jalan berubah,
dan pasien lelah saat berjalan jauh.
fisioterapi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot dan mengoreksi
pola jalan yang benar. penatalaksanaan fisioterapi yang dapat diberikan berupa
latihan Deep Breathing, latihan mobilisasi sangkar thorak, proper positioning,
latihan aktif ROM anggota gerak atas dan bawah, latihan penguatan otot-otot
anggota gerak bawah, latihan keseimbangan berdiri, koreksi jalan, dan edukasi
tetntang latihan-latihan yang telah diberikan.Setelah diberikan 4 kali
terapi,didapatkan hasil evaluasi kekuatan otot anggota gerak bawah masih belum
mengalami perubahan, pola jalan pasien belum berubah. Sedangkan ekspansi
sangkar thorak mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan gambaran
kemajuan pada evaluasi peningkatan ekspansi sangkar thorak setelah dilakukan
latihan mobilisasi, selisih ekspansi sangkar thorax adalah 2 cm, dan setelah terapi
kedua meningkat menjadi 3cm dibandingkan dengan sebelum dilakukan latihan.
Sedangkan pada latihan keseimbangan berdiri dan jalan, setelah dilaksanakan
4 kali latihan didapatkan sedikit kemajuan. Pasien masih merasakan
ketidakseimbangan saat berjalan, terutama pada ketika fase stand yang menumpu
kaki kiri, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh karena ketidak seimbangan
kekuatan otot-otot tungkainya. Sedangkan untuk latihan keseimbangan berdiri,
yaitu dengan cara menggoyangkan badan pasien, mendorong ke arah depan dan
belakang, pasien bisa mempertahankan posisi berdiri. |
---|