Stem Form And Wood Anatomical Properties Of Two-Sago Species1
ABSTRAK Tumbuhan sagu banyak ditemukan di hutan alam di Indonesia bagian timur, dan dikenal sebagai hutan sagu. Kepulauan Maluku dan Irian Jaya merupakan daerah sumber sagu. Sampai saat ini hutan sagu tersebut hanya dimanfaatkan oleh dug bush pabrik tepung sagu untuk tepung industri,- dan oleh rakya...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article NonPeerReviewed |
Published: |
[Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
1995
|
Subjects: | |
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/23817/ http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6778 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Institution: | Universitas Gadjah Mada |
Summary: | ABSTRAK
Tumbuhan sagu banyak ditemukan di hutan alam di Indonesia bagian timur, dan dikenal sebagai hutan sagu. Kepulauan Maluku dan Irian Jaya merupakan daerah sumber sagu. Sampai saat ini hutan sagu tersebut hanya dimanfaatkan oleh dug bush pabrik tepung sagu untuk tepung industri,- dan oleh rakyat setempat sebagai makanan pokok pengganti bergs atau pelengkap. Dari sebuah pohon sagu hanya diambil bagian dalam (empulur, jaringan parenkim yang mengandung butir amilum) oleh karena itu pemanfaatan bagian lainnya perlu dipelajari.
Dua spesies sagu, yaitu sagu molat dan sagu tuni, diambil sebagai bahan studi anatomi dan struktur kayu. Setiap pohon sagu contoh dipotong dengan panjang satu m dari pangkal sampai ujung, kemudian diekstrak bagian dalam pohon dan diperoleh bagian luar pohon setebal kurang lebih 3 cm menurut ISO-3129 (1975). Dari setiap bagian kemudian diambil foto irisan melintang batang dan dihitung persen elemen struktur dan sebagian dimaserasikan untuk penentuan dimensi serat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pohon sagu di bagian pangkal relatif kecil, membesar pada beberapa m dari pangkal, kemudian konstan atau mengecil kembali. Rata-rata diameter pohon sagu yang diteliti adalah 47,15 cm dengan rata-rata persen kayu total 86,53%. Kayu sagu (bagian luar yang keras) mengandung serat kolenkim yang bersifat penguat sebesar 63,29% dengan rata-rata persen parenkim 33,76%. Variasi kedua elemen struktur ini tidak konsisten, tetapi secara umum persen serat kolenkim naik dan parenkim turun dad pangkal ke ujung. Panjang serat kayu bagian keras (2,24 mm) ternyata lebih pendek dari bagian lunak kayu (3,05 mm). Variasi panjang serat menunjukkan bahwa serat bagian pangkal lebih panjang dibandingkan serat bagian ujung pohon. |
---|