Tahap-Tahap Bermetafisika Menurut Karl Jaspers

Pemahaman eksistensi yang paling berbobot tentang kepastian diri hanya dapat ditemukan dalam pemahamna terhadap 'Ada". Ilmu pengetahuan adalah salah satu cara untuk memahami "Ada", tetapi "Ada" itu sendiri tidak tuntas teranalisis oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu peng...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Siswanto, Joko
Format: Other NonPeerReviewed
Language:English
Published: Fakultas Filsafat UGM 1991
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/278497/1/Tahap-tahap%20Bermetafisika%20Menurut%20karl%20Jaspers_Joko%20Siswanto_1991.pdf
https://repository.ugm.ac.id/278497/
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Institution: Universitas Gadjah Mada
Language: English
Description
Summary:Pemahaman eksistensi yang paling berbobot tentang kepastian diri hanya dapat ditemukan dalam pemahamna terhadap 'Ada". Ilmu pengetahuan adalah salah satu cara untuk memahami "Ada", tetapi "Ada" itu sendiri tidak tuntas teranalisis oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan hanya menyelidiki "Ada" dalam aspek tertentu. Demikian juga halnya pemahaman ilmu pengetahuan terhadap manusia. Manusia hanya dipahami secara sepotong-potong. Oleh karena itu perlu dicari cara berpikir yang lain yang berbeda dengan gerak pemikiran ilmu pengetahuan. Pnelitian ini merupakan studi literer, maka sumber data diperoleh dari kepustakaan. Analisis dengan pendekatan filosofi. Unsur metodis yang diapakai ialah interpretasi dan heuristika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara struktural untuk pemahaman "Ada" berjenjang dalam tiga tahap, yaitu orientasi dunia, penyorotan eksistensi dan pemikiran meta fisik. Di dalam tahap-tahap itu tersirat makna, bahwa antara ilmu pengetahuan dan filsafat memiliki gayutan yang erat, yakni orientasi keilmuan menjadi dasar bagi orientasi kefilsafatan. Maka filsafat dan ilmu harus membuka diri untuk berdialog sehingga terjalin kerjasama interdisipliner. Penelitian ini juga memberikan wawasan baru bagi konsep manusia yang mampu bertindak secara eksistensial, ia selalu tampil dengan "jati dirinya" yang asli.